Di sisi lain, Sudirman Said tampak mengayomi Ida Fauziah. Saling hormat, menghargai dan mengisi. Secara gamblang, Ida Fauziah berencana mengangkat harkat dan martabat kaum perempuan.
Di soal substansi, Ganjar kedodoran. Baik Profesor Komarudin dan Hendri Saparini menyatakan ekonomi Jateng tertinggal. Gap pembangunan antara Utara dan Selatan masih lebar. Ganjar gagal bangun pariwisata dan budaya. Tidak ada kenaikan signifikans turis ke Borobudur misalnya.
Ganjar bisa mengklaim apa saja. Tapi seperti kata Ida Fauziah, ini bukan masalah Ganjar atau Sudirman, tapi masalah data.
Entah program apa yang dijual Ganjar-Yasin kali ini. Ora cetha. Mboten jelas. Selain slogan “Ora korupsi, ora ngapusi”. Mungkin, sekedar gaya-gaya’an saja. Mungkin saja lho. Ojo misuh-misuh yo. Kan, Sesuai dengan akronimnya: GA-YA.
Sedangkan Sudirman Said-Ida Fauziah menetapkan program 5 juta lowongan kerja, akademi perangkat desa, partisipasi perempuan, penguatan pesantren, wong cilik dan pengusaha dalam policy making.(kl/ts)
Penulis: Zeng Wei Jian