Catatan Dr. Acep Iwan Saidi: BECAK

Eramuslim.com – Kami masih hidup, Tuan. Tapi, kami memang terlantar. Kata orang, sih, ditelantarkan. Terserah saja. Kami tidak mau berdebat soal itu. Tenaga kami telah habis. Banyak hal yang harus kami kerjakan: nyari makan untuk nanti siang, memperbaiki dinding gubuk yang miring, ngurusi si bungsu yang seminggu ini batuk-batuk, menghadapi teguran Pak RT yang bawa surat penggusuran, dan bersiap ngungsi kalau air sungai meluap. Kami ini memang payah. Jelek. Kumuh. Menjijikan.

Tapi, kami masih hidup, Tuan. Tentu kami tidak akan pernah Tuan temukan di buku catatan manapun. Sudah lama kami dihapus dari daftar hadir pembangunan. Itu juga kata orang. Kami tidak mau ambil peduli. Kami tidak memerlukan sejarah. Tercantum pada daftar hadir peradaban ataupun tidak, tidak ada pengaruhnya pada perut kami yang terus-menerus kempis. Bagi kami, jarak antara lapar dan kenyang itu terlalu jauh. Kami sangat kelelahan menempuhnya. Kami ini memang payah. Jelek. Kumuh. Menjijikan.