Dalam kerberhasilan Jokowi memenangi Pilpres 2014, peristiwa itu, menjadi rujukan.
Jokowi dianggap seperti memenangi sebuah “loterei” yang menjanjikan sebuah perubahan. Masyarakat membutuhkan perubahan. Terutama setelah SBY berkuasa selama 10 tahun.
Janji SBY 10 tahun sebelumnya, memiliki “magnitude”. Tapi setelah itu menjadi “hambar”. Dalam arti semantik, di masyarakat terjadi semacam kekosongan.
Saat itulah bertemu kepentingan yang sama antara masyarakat banyak dan kehadiran Jokowi sebagai pembawa angin perubahan.
Dalam bidang politik, Jokowi makin terbantu atas keberhasilan PDIP di Pemilihan Legislatif.
PDIP, salah satu partai tertua dan pernah menjadi penguasa di tahun 2001-2004, di tahun 2014, muncul sebagai partai pengusung Jokowi.
Kebetulan PDIP meraih suara terbanyak di Pemilu Legislatif 9 April 2014. Kemenangan mana yang mengubah peta politik.
Dan ketika PDIP memilih Jokowi sebagai kandidat Presiden, keputusan ini melengkapi kekosongan yang ditunggu masyarakat.
Dua perubahan tersebut menjadikan faktor penentu sehingga Jokowi bisa meraih suara lebih banyak dibanding tokoh lainnya.
Lalu faktor luar negeri, juga kurang lebih sama. Membutuhkan adanya perubahan di Indonesia.