Tetapi hasil survei itu hanya merujuk pada situasi tahun 2017. Bukan memprediksi Pilpres 2019.
Situasi 2019, akan sangat berbeda dengan 2017. Terutama jumlah pemilih baru. Sehingga survei itu, akan misleading. Menggunakannya sebagai pegangan tetap akan keliru.
Begitu pula memang ada survei yang menunjukkan Indonesia masuk dalam ranking atas terhadap tingkat kepuasan masyarakat pada pemerintahannya.
Yang bisa ditafsirkan, bahwa berkat kepemimpinan Jokowi maka kepuasan responden bisa seperti itu.
Tapi survei itu juga bukan sebuah jaminan.
Sebab puas dipimpin oleh Jokowi hingga paruh waktu pemerintahannya, tidak menjamin, masih akan memilih Jokowi di Pilpres 2019.
Sebab yang perlu diperhitungkan, faktor perubahan yang diakibatkan oleh berbagai situasi. Dan perubahan yang terjadi dalam belasan bulan ke depan, tak terelakkan.
Perubahan akibat situasi antara lain bisa jadi karena figur lain yang akan menjadi pesaing Jokowi di Pilpres 2019, bisa lebih meyakinkan dalam berjanji.
Figur mana boleh jadi akan dianggap lebih kapabel ketimbang Jokowi. Maka terjadi pergeseran ataupun perubahan.
“Hal yang permanen dalam hidup ini adalah perubahan. Tidak pernah terjadi sebuah kondisi detik ini akan sama dengan kondisi satu jam kemudian. Bahkan satu detik kemudian, sangat berbeda. Itulah rumus perubahan”, sebuah perumpamaan yang diberikan sebagai penguat atas definisi perubahan.