Serbuan RRT makin berakumulasi. Karena sebelum proyek bernilai Rp. 70-an triliun tadi, berbagai produk dari negara komunis itu sudah merambah semua pasar Indonesia.
Semua ini menjadi alasan bahwa kedekatan Indonesia dengan RRT yang semakin lengket di era Presiden Jokowi, menimbulkan persepsi bahwa kedaulatan (ekonomi) Indonesia dalam ancaman serius.
Ditambah lagi kecurigaan bahwa para investor RRT itu lebih suka berkolaberasi dengan konglomerat Indonesia yang rata-rata beretnis Tionghoa. Maka kekhawatiran yang muncul, dalam beberapa tahun lagi, komunis RRT sudah menjadi penjajah baru di Indonesia.
Selain itu, di tahun 1980-an, grup usaha yang dipimpin oleh Om Liem alias Liem Sioe Liong, dilaporkan sudah berinvestasi di daratan RRT.
Saat itu, sekalipun tidak terlalu terbuka, namun sorotan terhadap kebijakan Om Liem, sudah muncul. Om Liem dipersepsikan melakukan pelarian modal ke RRT.
Media-media melakukan kritik. Namun kritik terhambat oleh tidak adanya kebebasan berekspresi. Sehingga kritik itu tidak ada gaungnya
Lagi pula Om Liem sebagai pemilik Salim Group dikenal sebagai pengusaha papan atas yang identik sebagai sahabat dekatnya Presiden Soeharto.
Sehingga siapa yang mengkritik Om Liem bisa diartikan sama dengan mengeritik Presiden Soeharto.
Tapi setelah Presiden Soeharto tidak berkuasa, situasinya berubah.