Tidak hanya didukung para penguasa, si cagub Sumut itu kelihatannya dibantu mati-matian oleh sejumlah komunitas. Beberapa komunitas itu berkepentingan sekali untuk memenangkan si cagub. Yang pasti, komunitas-komunitas musuh umat di Sumut akan bersatu-padu mendukung si cagub. Berbagai kelompok itu sudah memperlihatkan kekompakan pada pilkada Medan 2010, pilgub Sumut 2013, dan pilkada Medan 2015. Analisis persentase perolehan suara pada pilkada-pilkada tsb menunjukkan bahwa berbagai komunitas itu memberikan suara bulat kepada paslon yang sesuai dengan aspirasi mereka.
Dan pola perolehan suara di banyak pilkada lainnya di Sumut, juga cenderung memperlihatkan persatupaduan semua komunitas tsb.
Jadi, rakyat Sumut haruslah bersatu padu juga menolak si cagub yang tidak mengerti daerah ini. Sudahlah tak mengerti, si cagub itu “bekas pakai” pula.
Bak kata orang, sudah tak terpakai di mana-mana untuk apa dibawa ke mari? Memangnya orang Sumut sama dungunya dengan pengusung si cagub? Tidaklah! Orang Sumut pasti lebih cerdas dari pengusung si cagub.
In-sya Allah, dengan semangat persatuan dan persaudaraan, Sumatera Utara akan menjadi “baru” lagi dengan pemimpin yang “brand new”. Tak perlulah “orang luar” yang sudah usang pula. Mari kita dudukkan “orang dalam” yang masih segar. Amin, Allahumma amin!. (ll/swamedium)
*Penulis: Asyari Usman, wartawan senior