Eramuslim.com – Sudah bolak-balik kita mendengar Prabowo Subianto (PS) mengatakan “maling-maling itu” ketika dia berbicara tentang para penguasa dan konglomerat yang dia yakini sebagai penggarong kekayaan negara. Sering sekali beliau ucapkan itu. Di dalam orasi kampanye, beliau katakan itu. Ketika memberikan pengarahan di depan para kader Gerindra, beliau sebutkan “maling-maling itu” dengan nada yang keras.
Singkat kata, di mana ada kesempatan untuk menyampaikan keprihatinannya terhadap situasi negara yang semakin buruk ini, Pak Prabowo hampir pasti akan menyentil “maling-maling itu”. Beliau menunjukkan kejengkelannya yang sangat eksplosif. Kejengkelan yang tak tertahankan. Pak Prabowo melihat pencolengan kekayaan negara dan uang rakyat sudah sangat keterlaluan. Sehingga, beliau menjadi meledak-ledak di tengah pidatonya begitu teringat pada “maling-maling itu”
Nah, kira-kira, mengapa Pak PS sangat percaya diri mengucapkan “maling-maling itu”? Dan mengapa pula tidak ada seorang pun di pihak “tertuduh” yang berani tampil ke depan untuk melawan dan membantah labelisasi “maling” tersebut?
Tentu ini sangat menarik. Sebab, Pak PS sebetulnya men-challenge (menantang) para penguasa dan pengusaha yang disebutnya “maling”. Tetapi, sekali lagi, mengapa tantangan Pak PS tidak bersambut? Tidak seorang pun lawan PS nekat maju ke depan dan menantang beliau.
Jawabannya sangat singkat dan tegas: bahwa Pak Prabowo tidak pernah mencuri kekayaan negara dan uang takyat. Tidak pernah menjadi maling.
Itulah yang membuat beliau percaya diri meneriakkan “maling” kepada orang lain. Pak Prabowo tak punya beban ketika mengucapkan itu. Enteng saja bagi beliau. Karena memang beliau tahu persis tentang dirinya. Dan dia tahu betul tentang para maling yang menilap uang rakyat dan kekayaan negara.