Pertemuan ini kelihatannya sangat penting bagi Presiden Jokowi. Untuk menambah “kredensial” beliau terkait dengan umat Islam. Sebab, Tim 11 itu terdiri dari tokoh-tokoh utama aksi damai. Di sana ada Ketua Umum FPI Ustad Shabri Lubis, Ketua Umum GNPF KH Yusuf Muhammad Marta, Ketua Umum PA-212 Selamat Ma’arif, dan pemuka umat lainnya. Boleh jadi Pak Jokowi diam-diam “bersyukur” pertemuan itu bisa bocor, fotonya beredar luas.
Entah kebetulan atau tidak, bersamaan harinya dengan penjelasan Tim 11 kemarin (25 April 2018), Pak Jokowi juga menjelaskan soal pertemuan itu kepada wartawan. Beliau berusaha mengesankan bahwa pertemuan ini adalah bagian dari rutinitas “jumpa ulama” yang sering dilakukannya. Pak Jokowi tampak santai menjelaskan pertemuan yang disepekati tertutup dan tanpa awak media itu. Beliau tidak menyinggung tentang protes dari Tim 11 terhadap bocornya pertemuan rahasia.
Pihak Tim 11 menggunakan bahasa yang lumayan “keras” dalam tanggapan yang mereka sampaikan di depan jumpa pers, kemarin. Jurubicara Tim 11, Kiyai Misbahul Anam, mengatakan pembocoran berita dan foto pertemuan dengan Pak Jokowi merupakan bentuk adu domba antara Presiden dan para ulama yang dilakukan oleh pihak ketiga. Pak Misbahul mengatakan dengan nada pedas bahwa pembocoran ini menunjukkan para pegawai Istana tidak bisa menjawab kerahasian negara.
Apa yang bisa kita pelajari dari pembocoran pertemuan PA-212 dengan Presiden Jokowi?
Pertama, pembocoran pertemuan ini seratus persen menjadi tanggung jawab pihak Istana. Kantor Staf Presiden tidak bisa berlepas tangan.