Sekarang kita sangat merasakan bagaimana sesama anak bangsa hari ini terpecah belah begitu tajam dan dalam. Persiteruan antara Cebong dan Kampret berlanjut menjadi Kadrun Vs Kodrun. Masyarakat antar agama diadu domba dengan sentimen agama. Para non muslim radikal digosok-gosok, di doktrin, di provokasi agar bersama sama secara tak sadar jadi alat (agrn) yang setiap saat membenci Islam dan menyerang siapa saja yang berpihak pada Islam. Lihatlah mereka dimanapun berada. Para kelompok non-muslim radikal ini aktif mempropagandakan isu basi radikalisme, intoleransi, Pancasila yang seolah hanya mereka yang baik dan Islam itu jahat.
Para pendukung Ahok yang militan, dimanfaatkan dan selalu dihasud dan diperalat untuk menyerang para tokoh Islam. Mereka ini sasaran empuk untuk di bakar dan digunakan (peralat) untuk menyerang apa saja berbau dan menjadi symbol Islam.
Begitu juga secara internal Islam. Juga di adu domba ala Abu Janda. Bagi siapa yang mau caci maki Islam akan diberikan fasilitas dan dijamin tidak tersentuh hukum. Lihat Ade Armando, Abu Janda, Dewi Tanjung, dan Sukmawati yang sudah beberapa kali dilaporkan ke Polisi tapi tak pernah digubris. Mereka seolah kebal hukum dan dilindungi. Tapi lihat ketika yang diserang itu penguasa oleh rakyat biasa, langsung di penjarakan.
5. Ciri komunis selanjutnya adalah ; akan selalu menjadikan agama sebagai muara kebencian dan fitnah. Intinya adalah bagaiamana pada akhirnya nanti masyarakat takut dan alergi dengan agamanya sendiri. Dan meninggalkan segala bentuk aturan agamanya sendiri.
Dan cara menyudutkan agama ini sedemikian rupa adalah “orgasme” para penganut paham komunis. Kepuasan yang tak terhingga baginya kalau sudah bisa mencaci maki agama dan symbolnya. Mencaci maki dan memperolok/olok agama khususnya Islam bagaikan sebuah prestasi tertinggi bagi mereka. Dan cara ini juga adalah cara paling efektif untuk membungkam para kelompok agamais, agar segala kebusukan pemerintahannya tertutupi.
6. Pernyataan ketua BPIP ini akhirnya membuka tabir labirin kepura-puraan siapa sebenarnya rezim hari ini.
Mereka yang teriak Pancasila, justru merekalah yang mengangkangi Pancasila. Mereka yang teriak NKRI, ternyata bahagian kelompok mereka yang ingin merdeka di Papua. Mereka yang selama ini ngaku paling toleransi, ternyata justru merekalah yang intoleransi, rasis, dan penuh kedengkian terhadap cara berpakaian dan beribadah ummat Islam. Pancasila dijadikan mereka sebagai “alat pemukul” bagi kelompok yang bersebrangan dengan pemerintah. Dan inilah yang penulis maksud dengan Pancasila cita rasa komunis.
Untuk itu pada kesempatan ini penulis perlu menyampaikan bahwa;
1. Meminta dengan segera kepada Presiden atas nama rakyat yang beragama serta menjunjung tinggi nilai Ketuhanan Yang Maha Esa, agar membubarkan BPIP yang tidak ada manfaatnya terhadap negeri ini.
2. Tindak tegas ketua BPIP atas pasal penistaan terhadap agama. Karena secara konseptual dan nilai, tidak ada pertentangan antara Pancasila dan Agama. Dan masalah ini sudah tuntas di bahas oleh para pendiri bangsa ini dimasa awal kemerdekaan. Jangan dicongkel-congkel lagi dengan berbagai alibi yang tujuannya hanyalah untuk mengadu domba sesama anak bangsa.
3. Meminta TNI untuk tampil kedepan bersama rakyat untuk “melawan” penyebaran dan paparan virus komunisme yang sudah memasuki sendi kehidupan bernegara kita hari ini. Hanya TNI institusi yang paling dipercaya rakyat hari ini. Sebuah institusi yang benar-benar setia kepada konstitusi UUD 1945 dan Pancasila secara konsekwen. Dan TNI adalah tulang punggung negara yang diharapkan rakyat dapat kembali menumpas penyebaran pemikiran komunisne gaya baru hari ini.