Boikot dan Tinggalkan Partai Pendukung Kenaikan BBM Subsidi

Sudah mencari acuan standar dari rumusan dan keselamatan ahli ekonomi. Di Indonesia komoditas harga BBM sudah berkaiatan langsung kebutuhan pokok sehari-hari bagi masyarakat. Terjadinya pergeseran harga BBM secara cepat membuat gaduh perekonomian nasional.

Sontak kita akan terbelalak ketika realita dampak lanjutan kenaikan BBM memicu terjadinya inflasi. Dalam ilmu ekonomi, inflasi menjadi momok bagi perekonomian setiap negara.

Mari kita hitung dampak kenaikan BBM pada aspek ekonomi makro. Di Indonesia menurut banyak pakar ekonomi mengatakan setiap kenaikan harga BBM sebesar 10 persen akan berkontribusi memicu terjadinya inflasi 1,2 persen.

Kebijakan kenaikan Solar dan Pertalite yang diambil baikannya sebesar 31. Dengan data tersebut, inflasi akan mengalami kenaikan hampir 3 kali atau sebesar 3,5 persen. Artinya ditambahkan dengan inflasi saat ini kisaran 3-5 persen akan diakumulasikan inflasi tahunan sebesar 9,7 persen.

Bisa terbayangkan tingginya inflasi yang terjadi memicu kerawanan dan kerentanan terjadinya huru-hara sosial dan berakhirnya pecahnya konflik politik.

Mari Kita tunggu reaksi dan aksi pemerintah melawan resistensi penolakan BBM dan apakah pemerintah akan melanjutkan kebijakan kenaikan BBM atau mengakomodir rakyat Indonesia agar BBM diturunkan lagi.

Jika tetap berkeyakinan pemerintah melanjutkan kenaikan harga BBM, tentunya rakyat akan mengingat dan mengancam siapa saja yang terlibat dalam proses pembuatan kebijakan kenaikan harga.

Yang pasti di situ ada Presiden, Menteri dan DPR terhormat. Sepertinya Rakyat akan tenggelamkan dan boikot pada rezim dan parpol di pemilu 2024.

*(Penulis adalah pengamat sosial dan ekonomi, Ketua DPD PAN Kabupaten Cirebon)