Bisakah bangsa Yahudi tinggal di Eropa? Mendengar pertanyaan ini, sepertinya agak sulit untuk percaya, tapi setelah 70 tahun berlalu dalam ketenangan, apakah memang masih ada tempat untuk eksistensi Yahudi di Eropa? Apakah di tahun 2009 ini, bangsa Yahudi bisa tinggal di daratan ini, dalam sebuah komunitas tersendiri? Jawabannya, tersimpan di balik beberapa kejadian dalam pekan-pekan belakangan ini, negatif.
Sekarang, seorang Yahudi tidak bisa lagi berjalan tenang dengan menunjukan identitas ke-Yahudi-annya. Atau juga tak lagi leluasa mengunjungi institusi Yahudi yang tidak dijaga oleh keamanan dan polisi; mereka harus diam di dalam rumahnya, ketakutan. Mereka akan terus begitu, dan hanya bisa ceria lagi manakala bertemu dengan kolega mereka, di sekolah, atau beberapa tempat lain. Di situlah mereka akan bisa memperlihatkan identitas diri mereka.
Turki, Prancis, dan Inggris seakan berubah menjadi neraka bagi orang Yahudi. Mereka harus menyembunyikan Bintang David dan pakaian unik mereka, dan sinagog sama sekali bukan tempat perlindungan yang baik. Jika kita amati, di Turki atau Itali, setiap toko yang dimiliki oleh orang Yahudi selalu saja dijaga oleh polisi. Perlahan-lahan, bangsa Yahudi dipaksa pada sebuah kenyataan, bahwa mereka adalah suatu kaum yang diasingkan. Pengamat Israel menyimpulkan, Yahudi sekarang; ketakutan, malu, dan patuh.
Kebencian Eropa terhadap orang Yahudi sebenarnya mempunyai akar sejarah ratusan tahun, bukan hanya sekarang saja. Sejak lama di berbagai negara Eropa, bangsa Yahudi mengalami diskriminasi. Penolakan mereka untuk beralih menjadi Kristen menyebabkan mereka dipencilkan dan tidak diterima sebagai warganegara. Mereka dipandang sebagai bangsa ingkar yang sudah dibuang Tuhan, dan dicerca sebagai pembunuh Yesus. Penolakan mereka untuk memuliakan raja menyebabkan patriotisme mereka diragukan. Sedangkan Eropa, hampir separuhnya menganut sistem monarki. Tidak heran kalau mereka dilarang memiliki tanah dan banyak pekerjaan tertutup bagi mereka.
Di abad pertengahan, orang Yahudi hanya boleh tinggal di bagian-bagian khusus kota yang disebut ghetto, perkampungan yang dikelilingi tembok dan gerbangnya dikunci pada malam hari. Penghuni ghetto dilarang keluar pada hari-hari tertentu, misalnya pada hari wafat Isa Almasih.
Kebencian yang tertanam ini sewaktu-waktu meledak menjadi kerusuhan luas berupa penjarahan dan pembantaian. Pada masa Perang Salib pertama tahun 1096, bangsa Yahudi mengalami pembantaian besar-besaran di Lembah Rhein. Pada akhir abad ke-13 orang Yahudi diusir secara besar-besaran dari Inggris,dan pada akhir abad ke-14 dari Prancis. Tahun 1492 pengusiran terbesar terjadi di Spanyol. Kepada orang Yahudi diberi dua pilihan, beralih memeluk agama Kristen atau angkat kaki. Hampir 150 ribu orang meninggalkan Spanyol, pindah ke negara-negara Islam di sekitar Laut Tengah. Yang tinggal mengalami penindasan karena ternyata hanya berpura-pura memeluk agama Kristen. Banyak diantara mereka yang dihukum bakar.
Keadaan pemeluk Yahudi membaik seiring dengan revolusi dan kebangkitan kapitalisme di Eropa. Tahun 1743 pemeluk Yahudi di Inggris diakui sebagai warganegara. Bahkan di masa Ratu Victoria, seorang Yahudi, Benjamin Disraeli menjadi perdana menteri. Revolusi Perancis mengubah kehidupan orang Yahudi. Untuk pertama kali setelah seribu tahun mereka diakui sebagai warga negara tempat mereka tinggal. Lantas, bagaimana dengan keamanan di negeri-negeri Eropa ini? Jawabannya, lagi-lagi, tidak.
Anti-Semitisme adalah fenomena Eropa, dengan jutaan orang yang sekarang tersebar di daratannya dan memantik konflik dengan Israel dan Yahudi. Krisis ekonomi global menjadi isyu pendukung bahwa Yahudi memang penyebab semuanya. Tren ini berkembang pesat di seluruh dunia bahkan. Kondisi Israel persis seperti dulu lagi yang terpojok.
Setelah Perang Dunia II, Yahudi selalu menempel di negara-negara yang kaya. Tapi sekarang, ini tahun 2009, bukan 1939. Yahudi sekarang mempunyai negara; negara yang kaya dan sukses dengan standar Eropa. Pendapatan per-kapita penduduk Inggris saat ini adalah $39,000, dan Israel, bandingkan, sudah mencapai $29,000! Israel bahkan sekarang sudah menjadi 10 negara terkaya di dunia. Kini, ketika anti-Semit meluas, pemerintah Israel sudah menyerukan semua bangsa Yahudi di Eropa untuk menetap di Israel.
Pemerintah Israel menegaskan pada warganya bahwa mereka memiliki tanah air, jadi mengapa harus menjadi warga negara kelas dua di negeri lain? Mengapa menjadi takut akan identitas Yahudi? Jika saja orang Yahudi mau tinggal di Israel, maka nasib 750.000 anak-anak Yahudi yang tersebar di Eropa Barat akan mempunyai masa depan yang jelas. Inilah tujuan obyektif dari Zionisme. Bukankah ketika datang pertama kali ke tanah ini, Zionisme begitu menginginkan rumah pelindung untuk bangsa Yahudi?
Ketika seluruh dunia mengancam bangsa Yahudi, maka menetap di Israel, tanah rampasan hasil menjajah Palestina, sama sekali bukan masalah bagi bangsa Yahudi, tetapi solusi. (sa/ynet)