Berontaknya Alam Di Provinsi Kalimantan Selatan

Eramuslim.com – SEMINGGU yang lalu kita dikejutkan dengan bencana banjir yang parah yang terjadi di Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel). Mengapa saya katakan parah? Karena banjir ini melanda hampir seluruh kabupaten/kota di Kalsel. Barang kali ini adalah banjir yang terparah yang pernah terjadi di wilayah provinsi ini.

Sekali lagi, mengapa bisa  separah ini? Sebelum tahun 1990, Provinsi Kalsel terkenal dengan hutan tropikalnya, dan saat itu hasil tambang yang dikenal masyarakat umum hanyalah intan. Meskipun saat itu memang sudah ada tambang batubara yang besar namun untuk skala menengah eksploitasi batubara belum dikenal.

Sementara di sektor perkebunan, kelapa sawit saat itu belum banyak ditanam di wilayah Kalsel. Artinya, sebelum tahun 1990 bumi Provinsi Kalsel masih belum dieksploitasi secara  besar-besaran. Namun hal ini berubah setelah turunnya orde baru dan berlakunya otonomi daerah.

Bermuncullah pengusaha “lokal” yang terkadang “berbaju” koperasi yang ingin berpartisipasi dalam sektor pertambangan khususnya batubara. Maka menjamurlah “pengusaha” batubara yang menjual batubara untuk dijual domestik atau ekspor. Sejak itu mulai terkenallah batubara asal Kalsel. Batubara Kalsel pun mulai menyerbu pasar India dikarenakan kualitasnya yang baik namun harganya relatif murah.

Sayangnya, menjamurnya para pengusaha batubara ini tidak diikuti dengan peraturan lingkungan hidup dan tata ruang yang tepat. Pemda setempat juga tidak disiplin di dalam mengatur tata ruang pertambangan batubara dan tambang batubara ini pun tidak mengacu pola pembangunan  berkelanjutan.

Pemda hanya mementingkan sektor ekonomi tanpa mempertimbangkan sektor lingkungan hidup dan sosialnya. Pemerintah pusat pun tidak optimal mengatur regulasi untuk sektor pertambangan dengan pola pembangunan berkelanjutan. Pengawasan terhadap regulasi yang ada pun sangat lemah.