Jangan nanya itu pesanan siapa dan siapa yang kasih biaya. Itu bukan wilayah kajian dalam tulisan ini. Silahkan dikaji sendiri, saya gak ikut-ikutan. Kalau mau nanya, ke Indobarometer atau ke Bima Aria saja.
Dianggap berbau politik, karena survei ini pertama, obyek isunya banjir DKI. Kedua, melibatkan persepsi masyarakat di 34 provinsi. Banjir DKI, responden surveinya 34 provinsi. Aneh! Ketiga, terkait dengan Anies yang saat ini sedang santer dibicarakan publik terkait Pilpres 2024.
Sebenarnya, akan lebih fair kalau Indobarometer mensurvei: “jika hari ini pilpres digelar, siapa tokoh yang anda akan pilih jadi presiden?” Survei terbuka tanpa menyebut nama tokoh, atau tertutup dengan daftar nama-nama tokoh. Anies Baswedan, Tito Karnavian, Puan Maharani, Abu Janda, dll.
Ini lebih jentle. Jantan, maksudnya. Seperti survei Denny JA beberapa waktu lalu. Jangan ada udang di balik tepung deh mas…
Politik itu soal persepsi. Siapa yang memenangkan persepsi, dialah yang akan jadi juaranya. Survei adalah salah satu strategi yang paling efektif untuk menggiring persepsi.
Jadi, persepsi soal penanganan banjir di DKI yang diambil surveinya di 34 provinsi wajar kalau dicurigai sebagai bagian dari ikhtiar politik dari pihak tertentu. Siapa yang bermain di belakang survei itu? Jika ada, maka hanya pihak Indobarometer yang tahu.
Soal banjir di DKI, cukup lihat data. Berapa besar curah hujan sewaktu tiga gubernur itu memimpin. Berapa luas wilayah yang terdampak. Berapa jumlah korban dan tempat pengungsian. Berapa orang yang meninggal. Berapa lama banjir surut. Ini baru data.
Bukan nanya masyarakat di seluruh Indonesia: bagaimana persepsi mereka tentang penanganan banjir oleh Jokowi, Ahok dan Anies di DKI. Yang ditanya masyarakat yang menyaksikan musibah banjir lewat framming media.
Sementara banjir tujuh tahun lalu (2013) saat Jokowi, dan lima tahun lalu (2015) saat Ahok, masyarakat sudah lupa. Gak lagi muncul di media.
Kalau mau survei persepsi, mestinya dilakukan tiga kali. Pertama, saat banjir besar di era Jokowi (2013). Kedua, saat banjir besar di era Ahok (2015). Dan ketiga, saat banjir besar di era Anies (2020).
Pertanyaannya sama dan jumlah respondennya juga sama. Yang ditanya harus masyarakat Jakarta yang terdampak banjir. Jangan nanya orang NTT, Papua dan Bali. Itu baru obyektif. Yang kebanjiran Jakarta, yang ditanya orang Manokwari. Ya gak nyambung. Piye toh mas?
Survei Indobarometer kali ini mirip survei yang pernah dilakukan sebulan setelah kabinet pertama (2014) Pak Jokowi bekerja. Bagaimana persepsi masyarakat tentang kinerja para menteri itu. Ya ngawur! Prestasi menteri tidak bisa diukur dan ditentukan oleh persepsi masyarakat. Tapi oleh kinerja mereka berbasis data.