Eramuslim.com – Jangan bermain-main dengan sistem (konstitusi) negara, karena kelak bangsa yang menjadi “tumbal”-nya. Kenapa? Karena rentetannya sangat berbahaya bagi keselamatan negara. Apabila ternyata sistem dimaksud justru pro terhadap kepentingan asing (kolonialisme). Mengapa? Betapa akan bercokol para penghianat, boneka, pion-pion, pecundang, koruptor, blandis, kompromis, dan lain-lain pada sistem tersebut baik mulai dari top management, marketing, dan seterusnya hingga tataran terbawah (metode) dari sistem kolonialisme dimaksud. Kenapa demikian, bahwa kiprah person di masing-masing level cenderung pro kolonialisme serta berujung terjualnya kedaulatan bangsa dan negara ini. Itu clue geopolitik selaku ilmu negara (science of the state).
Bagaimana kita tahu bahwa sistem tersebut pro terhadap asing? Mudah. Contohnya ialah amandemen UUD 1945 beserta turunannya (ratusan UU) yang dibiayai asing pasca runtuhnya Orde Baru. Ini permisalan aktual di Indonesia. Nothing free. Tidak ada makan siang gratis. Kegaduhan yang over load pada aspek sosial, politik, budaya dan ekonomi di era kini merupakan potret riil akibat dampak sistem dimaksud. Maraknya korupsi, adanya konflik baik horizontal maupun vertikal, daya beli, menjalarnya kemiskinan baik fisik, moral serta kemiskinan etika di masyarakat, dan lain-lain ialah bukti keadaan yang tidak boleh didustakan.
Kita tidak boleh menyalahkan para individu atau kelompok yang kini berada pada sistem dimaksud, sedang mereka sendiri sejatinya merupakan korban dari sistem tersebut. Seandainya seorang ustadz dan/atau ulama pun, jika berada dalam sistem riba maka tindakannya pasti akan riba.