Bahaya Pemimpin Culas

Hadits ini menggambarkan suatu watak yang sulit berubah hingga kematiannya “yamuutu yauma yamuutu”. Watak itu adalah culas “al ghasysyu” yang menjadi habitat untuk senantiasa berlaku curang dan gemar menipu rakyat “wa huwa ghasysyun liro’iyyatihi”.

Di samping ancaman Allah yang keras, juga pemimpin culas membawa kerusakan besar bagi diri dan lingkungannya.

Tiga bahaya yang terjadi, yaitu:

Pertama, hancur iman. Keimanan pada hari akhir menjadi hilang karena kekuasaan duniawi. Akherat tidak dikhawatirkan tetapi diabaikan, bahkan diolok-olok.

Kedua, pemimpin yang culas mendapat predikat buruk baik melalui caci maki lisan, tulisan, ataupun gambar simbolik. Menjadi buah tutur yang buruk di kalangan masyarakat.

Ketiga, banyak musuh, apakah itu rakyat yang dipimpin ataukah teman “sekongkol”-nya. Friksi kepentingan mudah terjadi. Ia tega berkhianat pada teman “seperjuangan” sendiri. Demi menjaga posisi.

Pemimpin culas hilang rasa malu, “tuli” terhadap nasihat moral, serta selalu mengikuti arahan yang memberi keuntungan lahir. Pemimpin culas adalah budak dari harta dan tahta.

Kita bisa menilai adakah para pemimpin negara kita termasuk pemimpin-pemimpin yang culas? Tengok Presiden, Menteri, Pimpinan Partai, atau Pejabat lain, adakah “wajah-wajah” culas itu?

Memberi amanah pengelolaan negara kepada pemimpin yang culas sama saja dengan menempatkan rakyat di mulut buaya, singa, atau srigala. (end)

(Penulis: M. Rizal Fadillah, Pemerhati politik dan kebangsaan.)