Bahaya Laten Perpanjangan Masa Jabatan Presiden

Cory Aquino bukan saja berhasil mengembalikan stabiliitas politik pasca rezim diktator Marcos yang rakus, tapi ia juga sukses meningkatkan perekonomian negaranya. Dan lebih dari itu, secara internasional Cory sanggup meningkatkan harkat dan martabat bangsanya dalam pergaulan dunia.

Penggantinya, Fidel Ramos, yang pernah menjadi tokoh militer penting era rezim Marcos, sanggup mempertahankan semua hal yang sukses dibangun Cory Aquino. Bahkan dalam beberapa hal bisa ditingkatkan. Seperti di sektor ekonomi dan dalam mengembalikan persatuan bangsanya (meredam gerakan separatis Moro).

Melihat kesuksesan yang nyata dan bukan rekayasa melalui lembaga-lembaga survei haus duit, karena dirasakan langsung oleh rakyatnya, maka di akhir masa jabatannya, baik Cory Aquino maupun Fidel Ramos, didorong okeh banyak keuatan politik agar mau memimpin Filipina untuk dua kali (2 periode) masa jabatan.

Akan tetapi Cory Aquino dan Fidel Ramos menolak dengan sangat tegas dorongan rakyatnya untuk menambah periode kekuasaannya. Alasan keduanya, menaati konstitusi yang dirancang bersama rakyat dalam gerakan people power.

Dalam konstitusi Filipina pasca kediktatoran Marcos yang rakus ingin terus berkuasa, masa jabatan presuden dibatasi hanya satu kali (6 tahun). Tidak perlu ada penjelasan “dan setelah itu tidak bisa dipilih kembali”.

Menarik dibahas adalah perdebatan yang terjadi di sana. Bukan soal keberhasilan dalam pemerintahan, melainkan tata nilai, etika berdemokrasi dan etika menaati konstitusi sebagai pedoman berbangsa dan bernegara.