Sebetulnya, ketika YIM bergabung ke kubu Jokowi, semua orang di sana merasa sangat senang. Maklum, Yusril adalah pengacara hebat. Dia pasti akan mampu membela Ko-Ruf jika terjadi sengketa hasil pilpres.
Tetapi, begitu gagasan pembebasan Ustad Baasyir diajukan Yusril, banyak senior kubu Jokowi yang gerah. Yusril langsung kehilangan ‘respect’ di kalangan Jokowi. Bahkan, ada indikasi bahwa kubu Jokowi melihat Yusril sebagai ‘trouble maker’ (pengacau). Misalnya, jurubicara Tim Kampanye Nasional (TKN), Razman Arif Nasution, yang menyesalkan manuver Yusril. Rzaman mengatakan, Yusril tidak berkoordinasi dengan TKN soal pembebasan Ustad Baasyir.
Jadi, bagi YIM, perjuangan untuk membebaskan Baasyir bukan lagi menyangkut soal legalitas. Melainkan telah berubah menjadi isu yang sangat personal sifatnya. Perjuangan hidup-mati. Sebab, Yusril telah mengorbankan harga dirinya ketika meloncat ke gerbong Jokowi. Khalayak mencibiri YIM karena mudahnya dia meninggalkan kaum seperjuangan.
Nah, kalau sempat Prof Yusril kalah dan terusir dari kubu Jokowi, berarti dia akan terbuang buruk! [swa]
*) Penulis: Asyari Usman, wartawan senior