Rakyat tidak menginginkan Jokowi menang di pilpres 2019. Uni Eropa membaca perlawanan rakyat itu. Mereka tahu persis perlawanan yang direpresentasi oleh Prabowo itu sangat kuat.
Dan, perlawanan itulah yang diinginkan oleh UE. Sebab, di lain sisi, eskapansi investasi RRC juga dirasakan mengancam Barat. Mengancam dari sisi perekonomian, sosial dan politik. Program Belt and Road Initiative (BRI) yang diluncurkan RRC pada 2013, yang sering disebut ‘jalur sutra abad 21’, cukup mencemaskan Barat, termasuk UE.
Jika sukses, BRI akan memberikan jalan bagi RRC untuk menancapkan dominasi global di bidang ekonomi. Barat gerah terhadap ‘jalu sutra abad 21’. Sebab, dikhawatirkan China akan ‘menaklukkan’ negara-negara lemah di sepanjang jalur sutra melalui kredit bilateral. Negara-negara lemah itu bisa menjadi ‘boneka’ RRC kredit mereka macet.
Itulah sebabnya ketika sekarang ini rakyat Indonesia melawan Jokowi karena dia dianggap akan memuluskan motivasi RRC, Uni Eropa pun memberikan semacam ‘dorongan semangat’. Memberikan ‘endorsement’ tadi itu.
Mereka melihat kubu Prabowo perlu diberi isyarat bahwa masyarakat internasional mendukung rakyat Indonesia yang berjuang untuk menghadang ekspansi RRC dengan cara menghentikan Jokowi.
Kita perlu menyadari para dubes UE bisa saja nanti akan menyambangi kubu Jokowi sebagai basa-basi diplomatik. Untuk menepis anggapan bahwa UE partisan di pilpres 2019. [rmol]