Etiskah UE menampakkan ‘endersement’ itu? Sebetulnya kurang etis. Tetapi, justru dari sinilah publik bisa menyimpulkan bahwa ada kekhawatiran yang besar di kalangan UE, atau Barat pada umumnya, terhadap arah yang ditempuh oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Apa yang mereka khawatirkan?
Yang sangat dicemaskan oleh UE adalah ekspansi pengaruh RRC yang sekarang merambah ke segala arah. Boleh dikatakan, ke mana pun Anda pergi di dunia ini, Anda akan menjumpai pengaruh China yang semakin besar.
Kenyataan ini memang tidak terelakkan karena China telah menjadi kekuatan ekononi terbesar dunia, saat ini. China menjadi mitra dagang utama bagi lebih dari 120 negara.
Posisi ini membuat RRC memiliki cadangan devisa asing (tak salah disebut sebagai ‘duit menganggur’) terbesar di dunia. Per Oktober 2018 ini, China menyimpan devisa sebesar 3.2 (tiga koma dua) triliun dolar AS lebih. Atau, 3,200 (tiga ribu dua ratus) miliar dolar AS. Dalam angka: 3,200,000,000,000 dolar AS.
Dengan kurs dolar AS-rupiah pada angka 14,000, jumlah cadangan devisa RRC itu berarti 44,800 (empat puluh empat ribu delapan ratus ) triliun rupiah.
RRC menjadi negara dengan cadangan devisa terbesar di dunia. Sebagai perbandingan, Jepang hanya 1,259 (seribu dua ratus lima puluh sembilan) miliar dolar AS. Swiss di tempat ketiga, 804 (delapan ratus empat) miliar dolar AS. Arab Saudi di posisi keempat, 501 (lima ratus satu) miliar dolar AS. Sedangkan Rusia di tempat kelima, 460 (empat ratus enam puluh) miliar dolar AS.
Dengan cadangan duit yang cukup besar itu, RRC menjadi kiblat baru. Negara-negara berkembang berduyun-duyun datang ke Beijing untuk mendapatkan pinjaman atau pun investasi langsung.
Tak ketinggalan Indonesia. RRC sekarang ini menjadi investor terbesar kedua setelah Singapura yang berinvestasi sebanyak 8.4 miliar dolar AS. Kombinasi investasi China dan Hong Kong tercatat 5.5 miliar dolar AS.
RRC masuk ke Indonesia dengan sangat agresif. Dan pemerintah Jokowi pun menunjukkan antusias yang sangat tinggi dalam memberikan peluang kepada Beijing. Sampai-sampai China diberi keistimewaan untuk membawa tenaga kerja mereka sendiri di berbagai proyek yang mereka biayai. Proyek tambang nikel di Morowali, Sulawesi Tengah, adalah salah satu contohnya.
Belakangan ini, rakyat Indonesia menunjukkan resistensi keras terhadap investasi China yang diberi keistimewaan itu. Ada kecurigaan di kalangan rakyat terhadap motivasi RRC membawa modal ke sini. Ditambah dengan sejarah pemberontakan PKI yang punya kaitan dengan RRC, kecurigaan rakyat semakin mengeras dan kemudian menjadi salah satau ‘underlying factor’ (faktor pendorong) dalam gelombang perlawanan terhadap Jokowi.