Itulah peringatan Rabb-mu, Allah al-Ghaniyy al-Haliim al-Mutakabbir. Peringatan agar kau tidak terfanakan. Agar kau tidak hanyut. Jadi, Tuhan-mu sudah memberikan peringatan yang lembut tapi lugas dan tegas bahwa kehidupan di dunia ini serba semu, serba sementara, serba memperdaya, serba pura-pura.
Tapi, sebelum mereka masukkan kau ke liang lahat, manusia-manusia itu masih saja ingin mempersembahkan kesemuan hidup ini kepadamu. Mereka mungkin berpendapat bahwa menguburkanmu dengan upacara kebesaran akan meringankan perjalananmu. Padahal, kau sudah bisa melihat dengan nyata bahwa pemuliaan seperti itu hanya akan memberatkan arwahmu.
Mereka tak tahu bahwa ketika kau selesai dimandikan dan akan dibawa ke kuburanmu yang rapi dan bagus itu, kau meronta-ronta agar jangan dimasukkan ke situ. Kau sudah paham betapa beratnya terbujur sendiri di kuburan. Betapa beratnya mempertanggungjawabkan kemuliaan yang disematkan oleh bangkai-bangkai yang masih bernyawa itu. Kemuliaan yang dipertontonkan oleh bangkai hidup seorang inspektur upacara.
Mereka memaksamu masuk ke dalam kubur. Kau tak punya pilihan. Rontaan dan rintihan mu tidak mereka hiraukan. Karena mereka memang tak mengerti betapa beratnya perasaan kau untuk masuk ke dalam kubur.
“Ok-lah. Silakan paksa aku masuk ke liang lahat,” begitu jeritmu. Namun, manusia-manusia yang tak paham itu tak bisa mendengarkan kata-katamu itu.
Sebelum kau dimasukkannya ke liang kubur, mungkin kau ingat protap yang berlaku di sana. Kau akan ditanyai oleh malaikat Munkar dan Nakir tentang identitasmu.
Man Rabbuka? Siapa Tuhan-mu? Seterunsya, siapa nabimu? Apa agamamu? Siapa imammu? Ke mana kiblatmu?
Kedua malaikat itu tidak menanyakan hartamu. Karena memang mereka itu tidak terkesan dengan benda-benda keduniaan. Mereka bukan pejabat publik yang korup atau pun juruperiksa yang rakus.
Mereka tidak meminta riwayat karirmu di dunia. Mereka tidak bertanya tentang status sosialmu yang hebat. Juga tidak menanyakan siapa suamimu atau istrimu. Mereka tak peduli apakah suamimu atau istrimu seorang mantan menteri, presiden, atau mantan prsiden. Ketum parpol atau anggota DPR. Petani atau tukang ojek. Semua predikat itu tak lagi ampuh di depan Munkar dan Nakir.
Interogasi tentang identitasmu itu, kata para ahli tafsir dan hadits, akan berlangsung mulus kalau jejak digitalmu di dunia tidak dipenuhi oleh catatan yang aneh-aneh. Dan, harap diingat, semua amal baikmu dan amal burukmu dicatat secara detail, besar atau kecil, oleh dua malaikat Roqib dan Atid.
Jika catatan Roqib surplus disbandingkan catatan Atid, insyaAllah proses interogasi identitasmu berjalan lancar. Dan kepada kau akan ditunjukkan tempat kembalimu yang menyenangkan di Hari Kiamat kelak. Kau beruntung. Bersama semua arwah lainnya yang beruntung, kau akan menunggu di alam barzakh sebelum masuk ke tempat kembalimu yang baik itu.