Eramuslim.com – Kau sekarang terbujur sendirian di liang lahat yang gelap gulita. Sebentar lagi, jasadmu yang dulu ganteng dan tegap atau cantik dan montok, akan dimakan ulat. Kalau bukan karena statusmu sebagai manusia, kau akan disebut bangkai. Kau adalah bangkai yang dimuliakan oleh kelompok manusiamu.
Setelah menjadi bangkai, orang-orang yang kau sayangi tak bisa berbuat apa-apa. Mereka tak sanggup menolongmu. Kau tidak mulia lagi. Hartamu pun tak sudi lagi menemanimu. Hartamu kini memutuskan hubungan denganmu. Ia direbut oleh orang lain –oleh keluargamu yang kau sayangi.
Dalam keterbujuranmu di liang lahat, cobalah kau pikirkan sejenak meskipun kau tak bisa berpikir lagi. Pikirkan, apa kira-kira arti kegantengan, kecantikan, kekayaan, kemuliaan dunia, dan lain-lainnya itu?
Seandainya bangkaimu bisa berbicara, pasti kau akan mengatakan, “Semua itu pura-pura belaka. Semua itu semu.”
Kau benar. Semua itu pura-pura. Semuanya semu. Masih ingatkah kau taushiyah Pak Ustad tempohari bahwa, “Wama al-hayatid-dunia illa mataa’ul ghuruur?” Masih ingat kau artinya, bukan? Yaitu, “Dan, kehidupan dunia itu tiada lain kecuali kesenangan yang semu.”