Eramuslim.com – HARI-HARI ini jagad internet Indonesia diramaikan dengan pembahasan tentang SGIE. Sesungguhnya apa korelasi SGIE ini dengan perekonomian syariah, dan apa manfaatnya untuk Indonesia?
Kita mulai dari yang pertama, SGIE sesungguhnya menyebut SGIE itu salah, harusnya SGIR (State of Global Islamic Economy Report). Jadi ini merupakan satu laporan tentang sektor-sektor tertentu dalam ekonomi syariah secara global.
Siapa penerbitnya penerbitnya? adalah satu lembaga swasta dari Dubai namanya DinarStandard. DinarStandard ini melakukan riset setiap tahun untuk memetakkan tentang perkembangan lembaga keuangan, tentang pharmaceutical and cosmetic, tentang fashion, halal food, media. Demikian juga tentang travel. Bagaimana negara-negara anggota OKI (Organisasi Kerja Sama Islam) dan non-OKI setiap tahunnya itu tumbuh dan menjadi penguasa industri.
Apakah Ada Lembaga Lain Selain DinarStandard?
Jawabannya banyak, ada yang swasta dan ada yang multilateral. Untuk swasta ada yang bernama GIFA (Global Islamic Finance Award) bermarkas di Inggris.
Jadi GIFA menerbitkan satu report bernama GIFR (Global Islamic Financial Report). Ini sama-sama report, tapi lebih cenderung menyebutnya CGIFR (Cambridge Global Islamic Financial Report).
Sama seperti halnya SGIE, CGIFR ini mengklasifikasikan tentang bagaimana ranking perbankan, asuransi, pasar modal, asset management, industri-industri nonkeuangan lainnya seperti kosmetik, food and beverages, media dan travel.
GIFA ini ada beberapa institusi sesungguhnya yang pernah diaudit dan dianalisa oleh GIFA, di antaranya The Best Islamic Bank, yaitu bank Alinma dari Saudi Arabia. Ada The Best Multifinance Company itu Siraj dari Pakistan.
Dari Indonesia, kita bersyukur ada BSI yang pernah menjadi Bank Syariah terbaik dan ada BMM Baitulmaal Muamalat, itu juga pernah menjadi lembaga terbaik. Kita juga bersyukur ada satu lembaga pendidikan di Indonesia yang pernah mendapatkan ranking terbaik sebagai lembaga pendidikan ekonomi syariah terbaik dunia, yaitu Tazkia Institute tahun 2019 dan tahun 2021 jadi The Best Islamic Economic Provider in the World.
Itu yang swasta, ada juga IFN Award (Islamic Financial Network) itu juga memberikan standardisasi, di samping itu juga ada lembaga survei dan lembaga riset serta media dari Inggris bernama Thomson Routers, itu juga mengeluarkan standarisasi.
Nah, kalau lembaga multilateral yang dimiliki oleh negara-negara seperti misalnya
IsDB (Islamic Development Bank) atau juga anak perusahaannya bernama ICD (Islamic Corporation for Development of Private Sector) itu juga menerbitkan beberapa standar, namanya IFDR (Islamic Financial Development Report) itu begitu banyak klasifikasi yang diberikan oleh ICD.
Di samping itu juga ada IFSB (Islamic Financial Service Board) yang bermarkas di Kuala Lumpur, semacam IMF. Ada juga IIFM (International Islamic Financial Market) yang menerbitkan beberapa standar, pertama tentang Hedging atau lindung nilai, sukuk, liquidity management, juga trade finance.
Bagaimana Kaitan SGIE dengan Industri Keuangan Indonesia?
Kalau kaitannya dengan industri keuangan syariah, kita bisa melihat dari berbagai sisi. Pertama, misalnya dari sisi produknya. Di sini adalah satu lautan tersendiri, kita bisa melihat dunia perbankan, asuransi, pasar modal, pasar uang, asset management, demikian juga gadai. Masing-masing ini juga ada beberapa prinsip, misalnya prinsip jual beli, sewa-menyewa, hingga sukuk.
Kedua, dari sisi lembaganya ada banyak, seperti perbankan, asuransi, asset management, gadai, multifinance. Masing-masing punya standar sendiri. Misalnya tentang perbankan, ada yang disebut dengan IMBT (Ijarah Muntahiya Bittamlik) dan BBA (Bai’ Bitsaman Ajil) yang masing-masing ini ada regulatornya, seperti BI dan OJK di Indonesia.
Di samping itu juga ada asosiasi. Misalnya IAIB (International Association of Islamic Business), ASAS (Association of Syariah Advisor of Islamic Financial
Institution), AFSI (Asosiasi Fintech Syariah Indonesia), Asbisindo (Asosiasi Perbankan Syariah Indonesia).
Jadi insyaallah jika kita punya waktu mungkin 1 sampai 4 tahun untuk menyelami dunia keuangan dan perbankan syariah, insyaallah belum selesai.
Saya punya pengalaman cukup lama di Bank Islam Dunia, yaitu di IsDB dan IFSB. Alhamdulillah berinteraksi dengan dunia baru yang ternyata satu lautan amat luas.
Kita bersyukur bahwa SGIE ini sudah menjadi wacana dalam debat Capres-Cawapres di Indonesia. Harapannya bukan hanya saja menjadi wacana dalam perdebatan Capres, kita menginginkan agar semangat ekonomi dan keuangan syariah benar-benar terwujud di Indonesia.
Apa tujuannya? Pertama, sudah jelas dalam Pancasila yang kelima, tujuan pembangunan ekonomi Indonesia adalah keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Jadi ini kita tidak boleh terkonsentrasi di satu pihak saja, hanya ada 1% orang Indonesia menguasai 50 persen kekayaan bangsa. Ini tidak boleh, karena dalam Surat Al Hasyr, surat 59 ayat 7 dikatakan, “…agar harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu.“
Kedua, bagaimana masyarakat Indonesia itu berubah dan berkembang dari yang menerima subsidi menjadi pemberi pekerjaan, pemberi infaq dan sedekah.
Kata Rasulullah SAW, semoga penerima zakat tahun ini menjadi pemberi zakat di tahun yang akan datang. Lebih penting lagi, bagaimana kita memanfaatkan semua semangat ini menjadi pusat industri halal dunia.
Dengan semangat calon pemimpin bangsa ini akan mengantarkan Indonesia menjadi pusat industri halal dunia yang sekarang masih dipegang orang lain. Indonesia bisa menjadi nomor satu dalam hal halal food, halal finance, travel, kosmetik dan farmasi.
Demikian juga dalam media dan bidang-bidang yang lain. (RMOL)
OLEH: PROF SYAFII ANTONIO
Pakar Ekonomi Syariah