Antek Cina dan Antek Amrik

Pertentangan antara kedua negara super power tersebut tidak akan pernah selesai, perang dagang yang sampai sekarang masih belum berujung, selama masih adanya ambisi untuk menguasai dunia baik secara fisik maupun dengan perangkap utang kebeberapa Negara yang tidak mampu.

Posisi Indonesia sekarang sebagai antek China dalam berbagai kebijakannya bukan tidak diketahui oleh Negara USA ataupun Eropa.

Berbagai kebijakan investasi menganakemaskan RRC dalam hal kebijakan investasi, seperti Kereta Cepat China yang tiba-tiba diterima walaupun sebelumnya studi kelayakan dan keinginan Jepang terlebih dulu. Tambang-tambang strategis seperti Tambang Nikel sebagai bahan dasar battery lithium dan tambang lainnya diberikan kepada China, dengan semua ketentuan ketenagakerjaan dilanggar dan dirubah, harus bisa berbahasa Indonesia dihilangkan, semua lapisan dari pekerja kasar TKA China diperbolehkan melalui kontrak investasi, kemudahan tersebut secara kasat mata dilakukan.

Selama wabah Covid-19 TKA China masih berdatangan. Boleh dikatakan ketergantungan terhadap China dalam segala hal, bahkan sempat LBP Menko Manvest, menawarkan pengelolaan BPJS kepada Investor China.

Bermain mata dengan China bukan tanpa resiko, beberapa negara pernah merasakan China Money Trap, begitu juga pihak USA melalui perang dagangnya, ekonomi Indonesia terdampak babak belur, target pertumbuhan tidak pernah tercapai, pertumbuhan ekspor Vietnam lebih melesat, dalam kondisi perang dagang, karena Vietnam lebih tegas terhadap investasi China, konon di Vietnam dalam suatu tragedy serangan beberapa TKA China mati diserang.