Antara Candu dan Kebodohan Berkata

Eramuslim.com -Sesi Belajar Sejarah

Membaca sejarah jangan cuma menghapal waktu peristiwa, siapa pelaku, bagaimana terjadi dan seterusnya. Akan tetapi, membaca sejarah — seyogianya belajar tentang kearifannya serta menarik benang kronologis agar dapat diambil poin-poin bijak di masa lalu. Mengamati latar kejadian, misalnya, atau mengambil nilai-nilai peristiwa, ataupun memprakirakan dampak jangka panjang atas peristiwa tersebut dan seterusnya.

Nah, hal-hal tersebut bisa dijadikan rujukan keputusan yang efektif baik di masa kini maupun di masa depan. Jadi, ora grusa-grusu.

Kenapa demikian, ungkapan tua menyatakan: “History repeats itself.” Sejarah berulang dengan sendirinya melalui pola yang sama — hanya waktu, aktor dan kemasan yang berbeda. Poin intinya, sejarah itu pola hidup (dan peristiwa) yang niscaya berulang.

Dalam ilmu negara —geopolitik— Bung Karno (BK) pun mendudukkan sejarah sebagai aspek utama, selain dua aspek penting lain yakni budaya dan filosofi.

Lantas, apa yang dimaksud dengan kearifan sejarah di atas? Memang belum ada definisi yang bersifat text book. Penulis mencoba usulkan, bahwa kearifan sejarah ialah hikmah yang dapat dipetik pada komprehesif peristiwa dan dimanfaatkan bagi masa kini dan masa depan. Itu singkat cerita. Silahkan kembangkan sesuai maqom masing-masing.