Oleh Asyari Usman
Ketua Umum Nasdem Surya Paloh sudah menunjukkan jati dirinya. Dia lebih mengutamakan kepentingan sempit partainya ketimbang kepentingan publik. Pernyataan Paloh yang menerima hasil pemilu-pilpres 2024 dan kemudian mengucapkan selamat kepada paslon 02, merupakan isyarat jelas bahwa ikatan dia dengan paslon 01, khususnya dengan Anies Baswedan, sudah tidak ada lagi. Atau setidaknya semakin tipis.
Paloh mengeluarkan pernyataan itu dengan enteng. Itu hak Paloh sepenuhnya. Tidak ada yang bisa menghalangi apalagi melarang. Tidak ada yang bisa berkeberatan. Karena Anies adalah “orang luar” yang diajak untuk menjadi calon presiden. Setelah KPU menyatakan 02 yag menang –-meskipun ditolak oleh berbagai pihak– maka posisi Anies di mata Paloh tidak spesial lagi.
Begitulah tradisi politik Indonesia. Pragmatis. Kepentingan pribadi dan kelompok paling utama.
Intinya adalah Paloh mungkin merasa kalau dia terus membersamai Anies, itu akan membebani diri dan partainya. Karena itu, dia memilih untuk membuang beban itu. Dia harus bergegas mendekat ke Prabowo sebelum orang lain mendahuluinya.
Paloh menyambut mesra Prabowo yang mendatanginya untuk menyampaikan terima kasih atas legitimasi yang diberikan oleh ketum Nasdem itu. Kalau Prabowo kelak sah menjadi presiden setelah semua upaya konstitusional untuk menggugat keabsahan keputusan KPU, maka Surya Paloh sudah berada di posisi terdepan dalam antrian untuk menerima kupon jabatan yang akan dicairkan setelah pelantikan 20 Oktober 2024.
Orang bisa saja mempertanyakan konsistensi Paloh mengusung dan mendukung Anies. Tapi, Paloh pastilah sudah mengutak-atik kalkulator untung-rugi. Kalkulator yang didesain dan diproduksi oleh “PT Teknik Kalkulasi Dagang Sapi” itu menunjukkan bahwa merangkul Prabowo jauh lebih menguntungkan ketimbang bertahan bersama Anies.
To be fair di gelanggang politik yang tidak fair, Paloh memang mengalami kerugian besar secara finansial. Banyak bisnis beliau yang dibikin sulit oleh penguasa. Karena itu, tentulah prioritas utama Paloh adalah menyelamatkan bisnisnya yang morat-marit gara-gara mendukung Anies.
Bagi Paloh, melanjutkan perjuangan bersama Anies tidak mungkin dilakukan. Tidak rasional dari kacamata kepentingan pribadi. Meskipun dia pernah berdoa berapi-api menyebut nama Allah “agar diberi kesempatan untuk mengatur negeri ini”.
Merinding ketika mendengar Paloh berdoa. Tapi, mungkin ini salah satu episode yang tak disengaja.
Kalau hari-hari ini kita masih akan melihat Paloh berinteraksi dengan Anies dan memperlihatkan dukungan pada upaya Timnas di MK plus Hak Angket, bisa jadi sikap Paloh seperti ini merupakan saran dari kalkulator yang tadi itu. Bahwa Paloh dianjurkan oleh kalkulator agar tetap menyemagati Anies.
Bagaimana dengan Anies sendiri? Banyak yang salah paham, terutama orang-orang yang isi kepalanya kosong-kosong (alias 02). Mereka menyangka Anies dan Imin tidak siap kalah. Mereka tidak paham bahwa kecurangan TSM (terstruktur, sistematis, masif) yang disutradarai oleh Jokowi demi Gibran, tidak boleh dibiarkan. Tidak boleh terjadi lagi. Karenanya, kecurangan TSM itu harus diungkap sekarang juga.
Anies melihat jauh ke depan. Bagi Anies, bangsa dan negara ini akan mengalami kehancuran multidimensional jika kecurangan pemilu-pilpres dibiarkan berlalu. Masa depan Indonesia bakalan suram dan seram. Itu sebabnya dia berjuang untuk membuka semuanya.
Kalau Anies melihat jauh ke depan, Surya Paloh melihat jauh ke belakang. Nun jauh di belakang, Paloh sudah sangat mahir berakrobat. Jauh ke belakang, Paloh adalah seorang politisi yang terlatih untuk hidup di segala cuaca. Beliau bisa beradaptasi dengan siapa saja dan irama apa saja.
Apa pun itu, kita sampaikan terima kasih kepada Surya Paloh atas kebaikan beliau kepada Mas Anies.[]
27 Maret 2024
(Jurnalis Senior Freedom News)