Oleh : Tony Rosyid
ANIES BASWEDAN maju lagi di Pilgub Jakarta. Kali ini, Anies akan diusung oleh PKS, Nasdem dan PKB. Tiga partai yang juga mengusung Anies di Pilpres 2024 kemarin. Kabarnya, PDIP juga akan ikut mengusung Anies. Komunikasi dan penjajagan sedang intens dilakukan.
Di Jakarta, PKS mendapatkan 18 kursi. PKB mendapat 10 kursi. Dan Nasdem dapat 11 kursi. Total ada 39 kursi dari total 106 kursi di DPRD Jakarta. Kalau ditambah PDIP, maka menjadi 54 kursi. PDIP memperoleh 15 kursi di Jakarta. Total, lebih dari setengah kursi di DPRD Jakarta.
Kabarnya, partai pengusung Anies sepakat untuk memberikan jatah cawagub kepada PKS, sebagai partai pemenang yang mendapatkan suara dan kursi terbanyak di Pileg Jakarta. Komposisi ini proporsional dan normal.
Sudah menjadi ciri khas PKS, selalu menjaga dan mengedepankan aspirasi dari konstituennya. Inilah ýang membuat PKS cukup stabil perolehan suaranya, bahkan cenderung menguat dari satu pemilu ke pemilu berikutnya.
Beda dengan PPP, misalnya. Dua kali kontra pendukung, akhirnya PPP tersingkir juga dari Senayan. Sementara PAN, masih bisa bertahan dengan caleg-caleg populer dan kekuatan logistik. PAN jauh lebih piawai dari PPP dalam menghadapi dinamika politiknya.
Hasil survei, para pemilih PKS Jakarta menghendaki partai yang dipimpin Ahmad Syaikhu ini mendukung kembali Anies untuk maju di Pilgub Jakarta. Padahal, dengan perolehan suara 18 kursi, PKS leluasa untuk mengajukan kader sendiri. Cukup mencari tambahan 4 kursi, PKS bisa menyiapkan kadernya untuk menjadi cagub. 4 kursi itu mudah. Tawarkan cawagub, kelar.
Anies beruntung mendapat dukungan PKS. Tanpa “keikhlasan” PKS, karir Anies boleh jadi akan tamat setelah pilpres. Kader bukan, tapi terus mendapatkan dukungan. Tiga kali. Pilgub Jakarta 2017, Pilpres 2024 dan kali ini akan diusung kembali di Pilgub Jakarta 2024. Dalam konteks ini, Anies beruntung. Bahasa etikanya: “Anies banyak berutang budi terhadap PKS”.
Nama Igo Ilham disebut-sebut akan mendampingi Anies sebagai cawagub. Nasdem dan PKB infonya merelakan wakil Anies dari PKS. Nama Igo Ilham kabarnya sudah mengerucut.
Siapa yang akan menjadi penantang Anies Baswedan di pilgub Jakarta? Jika PDIP ikut mengusung Anies, maka masih ada sisa kursi untuk mengusung dua paslon lagi.
Nama Ridwan Kamil sempat muncul. Tapi, akhir-akhir ini meredup. Kabarnya, Ridwan Kamil akan maju lagi di Pilgub Jawa Barat. Pilihan ini realistis. Jabar di depan mata. Lebih mudah untuk mengambilnya kembali, dari pada harus melawan Anies yang notabene incumbent di Jakarta.
Selain Ridwan Kamil, Pj Gubernur Jakarta Heru Budi Hartono, kabarnya juga sedang melakukan konsolidasi untuk maju. Heru telah mempersiapkan diri cukup lama untuk ikut kontestasi di Pilgub Jakarta. Heru hanya menungggu sinyal dari Jokowi. Jokowi oke, Heru maju. Partai apa yang akan mengusung? Itu urusan Jokowi.
Nama Kaesang Pangarep juga sempat beredar. Ketua PSI, sekaligus putra Presiden Jokowi ini sedang didorong untuk menjadi calon Gubernur Jakarta. Suara PSI di Jakarta cukup signifikan. PSI memperoleh 8 kursi.
Siapakah dari dua nama ini, yaitu Heru dan Kaesang, yang akan didorong Jokowi untuk maju di Pilgub Jakarta?
Selain tiga nama itu, sosok Ahok, mantan Gubernur DKI ini juga muncul. Beberapa pihak mengusulkan agar pertarungan Anies vs Ahok di Jakarta bisa diulang kembali. Saat ini, Ahok adalah kader PDIP.
Duel Anies vs Ahok kecil kemungkinan akan terulang kembali karena PDIP tidak cukup kursi untuk mengusung calon sendirian. Sementara, posisi PDIP adalah oposisi.
Beda situasinya jika PDIP masuk koalisinya Prabowo dengan syarat. Salah satu syaratnya adalah Gerindra mendukung calon yang diusung PDIP di Pilgub Jakarta.
Ini pun tidak mudah. Sebab, ada Jokowi yang masih berkuasa. Jokowi besar kemungkinan punya calon sendiri, dan itu bukan Ahok. Cawe-cawe Jokowi di Pilgub Jakarta akan mempersempit peluang PDIP mencalonkan kadernya.
Secara kalkulatif, tidak mudah memang menghadapi Anies di Pilgub Jakarta, mengingat Anies punya nama besar. Selain incumbent, Anies juga sangat populer. Di pilpres lalu, Anies mendapatkan suara hampir 50 persen. Angka ini membuat calon lawan dipaksa untuk berhitung dengan lebih cermat.
Di Pilgub Jakarta, Anies jago kandang. Beda dinamika politiknya dengan pilpres. Tapi, politik tetaplah politik. Sangat dinamis. Banyak faktor yang ikut menentukan. Termasuk logistik dan instrumen negara, juga tingkat independensi KPU, ikut mewarnai hasil pemilu. Dalam politik, tidak ada yang absolut. Semua kemungkinan bisa terjadi.
Seseru apa kontestasi Pilgub Jakarta? Kita tunggu sama-sama.
Penulis adalah Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa