by M Rizal Fadillah
Sebagai mantan Gubernur DKI Jakarta yang sukses memimpin, tentu lebih mudah bagi Anies Rasyid Baswedan untuk kembali memimpin DKI. Siapapun kompetitornya, termasuk Ridwan Kamil yang konon digadang-gadang Istana untuk dipasangkan dengan Kaesang Pangarep. Meski “dikalahkan” oleh Istana saat Pilpres, namun berbeda pada Pilgub kecurangan di Jakarta lebih mudah diantisipasi dan Jokowi bakal dihajar habis.
Jika Ridwan Kamil yang maju, sebenarnya ia bukan tokoh yang hebat. Jawa Barat stagnan dalam kepemimpinannya, bahkan ada aliansi organisasi Islam memberi rapot merah. Kasus patung mencoreng wajah dan hatinya. Sulit menyebut prestasi untuk Jawa Barat yang telah dibuatnya. Lalu modal apa yang mau dijual di Jakarta ? Mungkin modal pencitraan. Tapi kampanye pencitraan merupakan pemalsuan dan maha pembodohan rakyat.
Apalagi jika KIM sudah ketularan penyakit akut dengan mengajukan pasangan Ridwan Kamil adalah Kaesang Pangarep. Tambah jelas politik dinasti sebagai musuh rakyat akan terarah kepada Jokowi, Ridwan Kamil dan partai politik KIM. Rakyat Jakarta pasti akan melawan. Jakarta sendiri sedang “sakit hati” status Ibu Kota Negara nya dicabut Jokowi dan dipindahkan oleh Jin. Kejengkelan rakyat Indonesia soal IKN akan terefleksikan gerakan rakyat Jakarta.
Jika Anies Rasyid Baswedan serius maju Pilgub Jakarta , maka sulit pasangan manapun untuk membendung. Hal ini diperkuat oleh indikasi:
Pertama, politik ala “bansos” tidak akan seefektif saat Pilpres karena warga Jakarta memiliki kultur yang lebih selektif. Bisa-bisa “bansos” diterima tetapi pilih tetap Anies. Bansos menjadi bantuan sok sial bagi Jokowi dan Pengharep keajaiban.
Kedua, otak atik angka oleh KPUD cepat terdeteksi dan terawasi. Ruang Jakarta lebih sempit dibanding Indonesia. Tingkat kecerdasan dan keberanian warga Jakarta akan “menggentarkan” KPUD. Umur yang semakin pendek Jokowi melemahkan daya cengkeram.
Ketiga, Prabowo meski tertolong oleh disain curang Jokowi, tidak akan ambil risiko untuk ikut membantu jor-joran “bermain” mengalahkan Anies di Jakarta. Prabowo tidak terancam oleh kemenangan Anies Baswedan di Jakarta. Sebagaimana biasa Prabowo akan bersikap “safety first”.
Keempat, pemenang Pemilu di Jakarta adalah PKS disusul PDIP baru Gerindra, Nasdem dan Golkar. Komposisi ini memosisikan KIM blok Istana lebih tersudut. Konfigurasi kekuatan politik di Jakarta jelas menguntungkan Anies Baswedan. Nasdem dan Gerindra akan rasional, Golkar “penjilat” nekad bunuh diri.
Rezim Jokowi yang sedang didera derita oleh bocornya data PDNs, Judi Online yang menggoyang istana, aparat dan politisi, serta IKN Penajam yang bikin panik, dipastikan bimbang untuk all out merebut Jakarta.
Sikap munafik antara membuang dan mengambil Jakarta adalah puncak dari kebodohan Jokowi dan rezim “planga-plongo” nya.
Anies Baswedan tidak perlu ragu untuk maju merebut kembali kepemimpinan di Jakarta. Ini bukan soal turun level dari Presiden menjadi Gubernur, tetapi langkah strategis penyiapan masa depan.
Hancurkan rezim Jokowi di Jakarta. Penghianat lazim dihukum oleh ulahnya sendiri.
*) Pemerhati Politik dan Kebangsaan
Bandung, 1 Juli 2024