Namun, tantangan Jakarta dengan lebih 10 juta penduduknya adalah masalah besar. Lebih besar dari Medellin? Anies mungkin mendapatkan inspirasi tentang kota sadis dan kejam Medellin bertransformasi. Tapi bagaimana keamanan di Jakarta? Di mana menurut Kepala Staf Presiden tempo hari akan diserbu 30 teroris? Atau menurut kepala polisi juga akan dibom teroris pada 22 Mei lalu saat pengumuman pilpres.
Mercer, lembaga survei yang juga dirujuk WCSMF untuk mengukur “Quality of Living Ranking”, menekankan isu keamanan personal menjadi faktor penting dalam dimensi “political and social environment”. Ancaman keamanan personal baik isu kriminal, apalagi terorisme, akan memperburuk ranking kota tersebut.
Buruknya sisi keamanan kita di Jakarta diperlihatkan dari penjagaan-penjagaan mal-mal, hotel, perumahan mewah, club-club dan tempat rekreasi, yang berbiaya mahal. Padahal, jika di Kuala Lumpur, misalnya, di KLCC (Kuala Lumpur Central Stasiun), kawasan terminal, kereta api, metro dan mal yang terintegrasi, tidak satupun satpam atau sekuriti yang dibiayai konsumen terlihat.
Tantangan kedua yang mencuat saat ini adalah masalah polusi udara. Greenpeace telah mentweets Jakarta sebagai kota terpolusi di dunia. Sebagai advis, Greenpeace meminta masyarakat Jakarta menggunakan masker sehari-harinya.
Polusi ini disumbangkan oleh belasan juta kenderaan bermotor. Anies telah meminta distributor mobil dan motor menyediakan fasilitas uji emisi. Namun, sistem transportasi yang tidak efisien menjadi penyebab besar dan akan memakan waktu lama. Di negara-negara maju, misalnya, stasiun kereta api menyediakan parkir luas dan murah buat pemilik kenderaan untuk berganti moda transportasi. Begitu juga di sana, kereta api bertingkat sudah berlangsung lama. Di Jakarta, prioritas untuk parkir kelihatannya dikalahkan dengan pembangunan gedung, apartmen atau mall. Jika parkir tersedia, maka harga parkir sama mahalnya dengan parkir di mal. Tanpa fasilitas moda transportasi yang mudah di switch, kendaraan bermotor akan tetap memberi polusi yang sama. Medellin tidak termasuk dalam daftar negara polutif di dunia.
Bahkan, beberapa catatan tentang Medellin antara lain 56 persen penurunan level kemiskinan selama 11 tahun dan 10 persen penurunan kesenjangan kaya miskin (2003-2013), serta HDI 87,79 (2012), menunjukkan keberhasilan Medellin bertransformasi. (sumber: https://aqtr.com/association/actualites/medellin-road-becoming-knowledge-economy).
Penutup
Tantangan sebuah kota sebesar Jakarta tidak akan habis-habisnya jika dibahas. Apa yang penting pada tulisan ini adalah Anies telah mendapatkan satu kata dari perjalanannya ke Medellin: Transformasi. Sebuah perubahan adalah sebuah kehendak warganya dan pemimpinya.
Sebuah kota mafioso terjahat di dunia telah bertransformasi menjadi kota tujuan turis dan the city of ethernal springs.
Jakarta adalah kota sasaran teroris, kata elit pemerintah. Entah seberapa benar ada terorisnya. Tapi, ini akan menjadi beban untuk menjadikan Jakarta sebagai kota kompetitif.
Sudah puluhan tahun Jakarta distigma isu teroris. Selama itu pula rakyat membiayai perusahaan-perusahaan sekuriti dan polisi. Jika isu ini terus ada, kita akan semakin tertinggal jauh dibanding negara Islam Malaysia, yang tidak ada isu terorisme.
Tantangan polusi Jakarta harus dilakukan dengan cerdas dan terintegrasi. Khususnya moda transportasi terintegrasi dan terjangkau disegerakan.
Tantang-tantangan lain, seperti kemiskinan dan keadilan sosial serta pluralitas akan kita bahas lagi nantinya. Sementara isu keamanan dan polusi mungkin sesuai antara Jakarta dan Medellin ini.
*) Penulis: Dr. Syahganda Nainggolan, Direktur Eksekutif Sabang Merauke Institute, Jakarta Development Initiative dan alumni Pascasarjana Studi Pembangunan ITB.