Anies Bakal Menang, Namun Jalan Berliku Menuju Istana

Oleh: Tony Rosyid

Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa

Anies bakal menang. Itulah persepsi yang terbangun selama ini. Persepsi ini tidak hanya muncul di kalangan para pendukung Anies, tetapi juga diviralkan oleh orang-orang yang selama ini berlawanan, bahkan memusuhi Anies. Terkait ini, bocoran video sudah banyak viral.

Masuk akal jika melihat Anies sebagai calon pemenang. Karena Anies boleh dibilang lebih lengkap syaratnya untuk memenangkan pilpres 2024 dari pada kandidat lain yang muncul. Lihat trend survei, lihat potensi dan lihat pula perkembangan politik yang terus bergerak, Anies memang paling besar peluangnya untuk menang.

Ini fakta politik saat ini. Anies memang tak terbendung. Anies unstopable. Anies sulit untuk dihentikan. Kondisi obyektif ini yang mendorong sejumlah lawan politik berupaya menjegal Anies sebelum pertarungan di pilpres 2024.

Semua orang tahu. Ini bukan rahasia lagi. Anies berusaha dijegal. Dijegal lewat hukum, gagal. Jegal lewat tiket, masih terus berproses. Bagaimana caranya Anies tidak dapat partai yang cukup suara (20%) untuk mengusung. PKS dan Demokrat terus dirayu dan diiming-imingi untuk tidak mengusung Anies. Jika gagal, wacana pemilu diundur terus digaungkan.

Segala upaya dilakukan untuk jegal Anies. Apapun bantahan, fakta penjegalan itu terbuka, vulgar dan bahkan terlalu jorok. Strategi penjegalan ini justru membuat lawan Anies seringkali terjebak dalam blunder politik.

Beberapa hal yang menyebabkan mereka blunder. Pertama, mereka panik. Karena panik, langkahnya gak taktis. Sering ngawur dan gak terukur. Namanya juga orang panik. Serampangan dan sering salah sasaran.

Karena panik, mereka lempar telur busuk. Karena panik, mereka mencoba untuk mengganggu Anies di setiap acara road show ke beberapa daerah. Karena panik, mereka pasang spanduk untuk menolak kedatangan Anies. Bayar 10-30 orang demo penolakan. Ini semua tindakan konyol yang justru akan menaikkan rasa empati dan dukungan publik yang semakin besar kepada Anies.

Apakah dengan dihalang-hapangi acara Anies jadi gagal? Tidak. Bahkan sambutan massa semakin ramai. Lihat membludaknya massa Anies di Jogja, Ciamis, Tasikmalaya, Medan, Aceh dan Pekan Baru. Di Padang, meski hujan lebat, massa tetap membludak datang pakai payung ke lapangan untuk memberi dukungan kepada Anies. Lihat juga minggu depan di Sulawesi Selatan dan Sumatera Selatan. Berapa jumlah massa yang akan hadir untuk berebut bertemu Anies.

Kedua, mereka memilih strategi fitnah. Fitnah, tentu sesuatu yang gak punya data. Sesuatu yang kontra-fakta. 2-3 hari muncul fitnah, diklarifikasi oleh pendukung Anies dengan data, selesai. Ini justru malah menambah poin buat Anies. Anehnya, fitnah gak berhenti juga. Hoaks terus gemar diviralkan.

Fitnah radikal. Fitnah intoleran. Fitnah politik identitas. Fitnah korupsi. Fitnah ngemis diundang acara Muhammadiyah. Fitnah hanya pandai bicara tapi gak bisa kerja. Kata Jusuf Kalla: “Mau pemimpin yang pandai bicara atau pandai marah-marah?”. Tajem banget!

DKI mendapat WTP lima kali berturut-turut, gak mungkin hanya modal bicara. Begitu juga apresiasi dan penghargaan dari KPK maupun sejumlah kementerian. Berbagai penghargaan tingkat nasional maupun dari dunia internasional tentu bukan diberikan untuk sebuah kata, tapi didedikasikan untuk sebuah hasil kerja. Prestasi!

Anies difitnah Wahabi. Secara bersamaan dituduh pula Syi’ah. Padahal, Wahabi dan Syi’ah itu musuhan. Lah terus piye iki? Ya bego murakkab! Macam-macam fitnah terus dialamatkan ke Anies hingga hari ini.