Anggaran Sumur Resapan Dihabisi DPRD, Jakarta Nggak Boleh Keluar dari Banjir?

Tanah Jakarta Berdaya Serap Rendah, Tak Cocok Dibuat Sumur Resapan

Oleh: Tony Rosyid*

SUDAH ketuk palu. Anggaran sumur resapan tahun 2022 dihapus.

Banjir dikritik, bahkan dicaci maki, tapi ketika banjir akan diatasi, diganjal sana-sini.

Ada dua cara pro-aktif mengatasi banjir. Pertama, normalisasi. Yaitu pembersihan dan pelebaran sungai, supaya aliran air lancar dan normal ke laut. Bablas aire!

Kedua, naturalisasi. Yaitu mengembalikan air ke tempatnya di bumi. Air berasal dari tanah, dikembalikan ke tanah. Banjir segera surut dan bumi menjadi subur. Ini juga akan mengurangi penurunan tanah yang terus menerus terjadi di ibu kota akibat masifnya pembangunan gedung-gedung tinggi yang menyedot cukup besar debit air tanah.

Sebagian orang meragukan program sumur resapan ini. Apakah betul-betul mampu mengatasi banjir di Jakarta? Bukankah semua tanah di Jakarta gak meresap air? Mesti kembali ke data, bukan pakai asumsi. Dengarkan ilmuwan, bukan dengerin dukun yang suka meramal agar videonya viral.

Pemprov DKI sudah melakukan kejian dan uji coba. Ada 26.000 sumur resapan yang diprogramkan untuk tahun 2021. 21.999 sudah selesai. Hasilnya? Dua hari kemarin hujan lebat di Jakarta, nggak ada banjir. Ini nyata bisa dibuktikan.

Sementara media setiap hari menyuguhkan berita banjir di banyak wilayah Indonesia. Mari kita jujur dan bicara dengan data. Bukan dengan asumsi, berita hoax, apalagi dibalut dengan kebencian tingkat dewa.

Satu dua biji gagal, jangan dipolitisir seolah semuanya gagal. Gunakan otak waras anda untuk menilai secara fair dan adil.

Jangan satu genteng jatuh, lalu anda bilang bangunan gedung itu runtuh. Kontraktor dan insinyurnya anda bully habis. Bertaubatlah!

Salah satu uji coba juga bisa dilihat di Pasar Induk Cipinang dan wilayah sekitarnya. Ada 538 sumur resapan yang tahun 2020 diinisiasi oleh Food Station, salah satu BUMD milik Pemprov DKI.