Melalui konstruksi cerita sekilas tadi, benarkah hal ini harus dibaca sekadar fenomena praktek bisnis digital di era informasi dewasa ini? Sungguh naïf jika sekadar dibaca seperti itu. Sebab secara geopolitik, melalui investasi kedua pemain kakap Cina itu, Indonesia sudah diinvasi oleh pemerintah Cina melalui manuver bisnis Jack Ma dan Xiaolong Zhang.
Bukan itu saja. Ketika pilot project Alipay dan WeChat dianggap berhasil, maka bisa dipastikan Cina akan memperluas ruang hegemoninya di Indonesia. Lebih dari itu. Berdasarkan sudut pandang geopolitik, beroperasinya Alipay dan WeChat merupakan bentuk kolonialisme gaya baru dengan menggunakan alat transaksi non-tunai (e-Money )untuk menembus kedaulatan nasional kita.
Mengapa begitu? Ada aktivitas dan dinamika pemindahan uang serta modal di masyarakat secara massif, sistematis serta terstruktur namun berjalan senyap tanpa hiruk pikuk sama sekali, bahkan anehnya — bangsa kita yang sedang jadi obyek hegemoni malah jatuh cinta kepada penjajah.
Padahal kalau kita belajar tentang model dan pola perang asimetris yang sifatnya non-militer dalam menguasai geopolitik suatu negara, maka penggerusan ruang hidup sebuah negara tak melulu melalui kekuatan senjata (militer) saja, sebab saat ini modus dan pola seperti itu sudah dianggap usang.