Akhirnya Penjajah Israel Ngaku Kalah

Ismail Haniya sebagai tokoh politik nomor satu di jajaran pimpinan Hamas bahkan terus mengingatkan para penguasa di Tel Aviv, bahwa Hamas telah membuktikan kemampuannya yang jauh lebih dahsyat dari sebelumnya.

Haniya kemudian memuji dan berterima kasih pada Iran yang telah memberikan dukungan dana dan senjata.

Kini tantangan baru muncul baik bagi masyarakat internasional, PBB, Amerika dan Mesir yang terlibat aktif dalam proses gencatan senjata, yang berkepentingan menjaga agar kedua belah pihak tetap menghormati gencatan senjata.

Gencatan senjata tanpa syarat yang disepakata sebenarnya memiliki celah atau lubang besar, dan Israel nampak mulai memanfaatkannya. Masalah Masjid Al Aqsa dan pemukiman Syekh Jarrah di Yerusalem Timur yang menjadi sumber keributan mulai diusik kembali.

Reuters, TRT, WAVA, dan sejumlah media Israel memberitakan, bahwa pemukim Palestina di Syekh Jarrah dihalangi untuk meninggalkan rumah mereka oleh sejumlah polisi Israel, sementara orang luar dilarang mendekati wilayah ini.

Sedangkan para penjiarah Yahudi Ortodoks fundamentalis yang menganggap Masjid Al Aqsa sebagai tempat puing-puing tample of mount, situs suci mereka dikawal polisi untuk memasuki kompleks yang menjadi tempat suci ke-3 bagi umat Islam.

Karena itu, jika hal ini terus berlangsung, maka ibarat memadamkan kebakaran tapi titik apinya tetap menyala. Tentu setiap saat semua ini bisa menimbulkan kebakaran baru, yang bahkan lebih besar.

Bagi penguasa di Tel Aviv, semua ini dilakukan untuk mengurangi kemarahan dan kekecewaan para tokoh Yahudi fundamentalis dan para tokoh politik atas kekalahan Israel dalam perang 11 hari melawan Hamas.[]

(Penulis: Dr. Muhammad Nadjib, Pengamat Politik Islam dan Demokrasi)