Eramuslim.com -SEJAK awal sepertinya Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok digadang gadang jadi pemimpin negara. Berbagai wacana muncul dari mulai menjadi Wapres hingga Presiden. Ketika kasus penodaan berlangsung, pembelaan politik juga luar biasa.
Untung Ahok bisa di bui. Itupun dengan fasilitas aneh di Mako Brimob. Pesakitan yang tidak ditahan di Lembaga Pemasyarakatb (Lapas). Corengan hitam dunia hukum.
Kini Ahok istimewa menjadi Komisaris Utama Pertamina. Tak jelas ekspektasi negara padanya, faktanya tidak berguna. Jokowi saja mungkin maunya. Lalu Ahok dimanjakan kembali disebut sebut satu diantara empat nama sebagai pejabat Kepala Badan Otorita IKN untuk ibukota baru di Kalimantan Timur.
Prestasi Ahok tidak tercatat bagus, kontroversi adalah catatan tebalnya. Bukan orang hebat. Umat Islam menempatkannya sebagai penoda agama. Soal korupsi juga tak bersih.
Buku Marwan Batubara memuat record dugaan korupsi Ahok. Aneh, Presiden Jokowi senantiasa mengangkat-angkatnya terus. Adakah perjanjian rahasia antara keduanya atau saling sandera ?
Mengangkat Ahok menyakiti umat. Memberi jalan kekuasaan sama saja dengan menantang umat Islam. Sekurangnya yang bergerak di 212. Selebihnya tentu masih banyak.
Umat mesti konsolidasi atas misi “khusus” untuk Ahok. Bangsa Indonesia menjadi taruhan. Walaupun hikmahnya Ahok sebenarnya bisa sebagai penguat dan pemersatu umat.
Mungkin saja spirit Jokowi dengan mendorong berlebihan kepada Ahok adalah kaderisasi jika kelak Jokowi turun maka Ahok akan naik. Tetapi hukum kausalitas politik bisa saja terbalik yaitu Ahok naik Jokowi yang turun.
Kita lihat bersama ke depan. Ke depan banyak yang bisa kita lihat. Perubahan politik tak mudah untuk diprediksi. Bisa saja cepat.(end)
(Penulis: M. Rizal Fadillah, pemerhati politik )