5) Dhani merupakan calon anggota DPR RI asal daerah pemilihan Surabaya. Daerah ini dalam peta pilpres menjadi daerah “competitive” bagi pasangan 01 dan 02.
Dengan berbagai pertimbangan di atas, perasaan rakyat bercampur bahwa hukuman berat yang diterima Dhani kemungkinan campuran kehendak hakim dan penguasa.
The Warrior (Sang Pejuang)
Pertarungan Ahmad Dhani selama hampir 5 tahun ini telah merubah persepsi publik bahwa Dhani hanyalah seorang “vote getters” (penggaet suara) menjadi seorang pejuang. Vote getters telah dilabeli kepada berbagai artis dan seniman selama ini yang masuk ke dunia politik.
Kebersamaan Artis dan pemimpin politik terjadi diberbagai belahan dunia, seperti misalnya kedekatan Elvis Presley dan Presiden Nixon atau Meriah Carey/Kanya West dan Obama di USA, atau kedekatan Slank dengan Jokowi, namun artis/musician yang bermetamorfosis menjadi politisi dan terus bermetamorfosis menjadi pejuang sulit terjadi. Hal inilah yang mulai terlihat pada sosok Ahmad Dhani.
Pada tahap metamorfosis pertama, ketika Dhani berubah jadi politisi,
kepentingan Dhani sangat terkait dengan kepentingan Prabowo dan Partai Gerindra. Namun, pada fase berikutnya, Dhani telah membentuk sebuah sosok yang memperjuangkan “kebenaran” dalam versi yang dia yakini. Dhani meyakini bahwa Komunis adalah ideologi sesat, yang menurutnya ada dan berkembang saat ini. Lalu, Dhani meyakini Islam sebagai “tafsiran ideologi” yang menyelamatkan bangsa kita.
Meskipun Dhani tidak menampakkan kajian teoritis atas berbagai pikiran2nya, namun pikiran2 Dhani tersebut tentunya berkembang dari interakasi sosial yang terjadi pada dirinya selama 5 tahun ini, ditambah berbagai konfrontasi keyakinan di masa lalu, ketika dia berkonflik dengan sebagian aktifis Islam.
Seorang seniman, dengan kemampuan artikulasi rasa, jiwa dan emosi, tentu mempunyai jalan sendiri menemukan eksistensi pikiran2nya tersebut.
Rex Thomson, dalam “The Intertwined Relationship Between Music And Politics”, 26/2/ 2016, mengatakan bahwa “The very nature of politics is, like music, rooted in conflict and harmony. The heart of music is the interplay of the physical and the mental, as the compromise between them forms a cohesive whole.” (Klik di sini)
Thomson mencatat hubungan musik dan politik dalam beberpa jenis yakni “protest songs, music for voting, on the campaign trial, musical endorsements and musicians running for office.”
Dalam katagori ini Ahmad Dhani sudah bermetamorfosis dari music for voting kepada “campaign & endorsements” (meng endorse Prabowo sebagai Presiden dan secara sosial untuk Habib Rizieq sebagai Imam Besar ummat Islam), lalu “running for office” (sebagai kandidat wakil walikota Bekasi dan Caleg DPR). Namun, “protest songs” belum terlalu muncul dalam perjalanan Dhani, sebagaimana telah terjadi pada pikiran2nya.
John Lennon dan Bob Dylan, misalnya, mengambil “protest song” ini, yang menunjukkan perbedaan mendasar diri mereka dibanding pemusik lainnya. Kelihatannya hal ini menunggu waktu bagaimana Dhani, dengan tragedi penjara yang dihadapinya, mampu menterjemahkan pikiran dan sikap politiknya menjadi gubahan lagu2 perjuangan.
Penjara dalam mitologi adalah bagaikan sebuah “kawah candradimuka” bagi Gatot Kaca untuk mencapai kesaktian. Bagi Ahmad Dhani, tentu penjara melengkapi perjuangannya sebagai pejuang tangguh bagi kebangkitan bangsa kita. Jika John Lennon mampu menciptakan “protest song” seperti “Give Peace a Chance“ atau “Imagine”, tanpa penderitaan di penjara, maka Dhani akan mampu lebih hebat dari Lennon.
Maksudnya dia selain penggubah lagu/syair dan penyanyi, akan sekaligus menjadi sang pejuang. Ahmad Dhani The Warrior. [kl/rmol]
Penulis: Dr. Syahganda Nainggolan, Direktur Indonesia Circle