Jikalau musuh politik Dhani ingin membandingkan kasusnya dengan kasus Ahok yakni “penghinaan agama”, tentu kasus Ahmad Dhani dalam tuduhan ujaran kebencian, kurang relevan dan tidak masuk akal. Maksudnya tidak dapat dibandingkan. Menghina agama adalah menghina ideologi negara. Sebaliknya, Ahmad Dhani justru juga pernah hampir masuk penjara di masa lalu, ketika terkait dengan tuduhan penghinaan agama (sekali lagi di masa lalu). Sedangkan ujaran kebencian yang dituduhkan ke Dhani samasekali tidak terkait dengan urusan agama.
Ketidak masuk akal ini, membuat rakyat mulai mempertimbangkan Dhani mempunyai urusan lain dengan kekuasaan yang ada, sehingga keberadaan dia di dunia politik cukup menakutkan. Mungkinkah?
Untuk melihat kemungkinan ini perlu dipertimbangkan posisi dan peran Dhani selama hampir 5 tahun berikut ini:
1). Ahmad Dhani menjadi politisi Gerindra dan artis utama disisi Prabowo.
2) Dhani ditangkap dan ditersangkakan kasus makar pada 2/12/2016 melawan rezim Jokowi.
Pada saat polisi memeriksa saya sebagai saksi kasus makar, pertanyaan polisi terhadap Ahmad Dhani hampir sama arahnya dengan Sri Bintang Pamungkas.
Dalam pertemuan 100 tokoh nasional di aula kampus UBK, yang dipimpin Rachmawati Soekarnoputri, Dhani memang mengeluarkan pikiran radikal tentang perlunya mempersenjatai sejuta rakyat dengan bambu runcing. Ini dianggap sebagai pikiran berbahaya.
3. Dhani melakukan gerakan anti Ahok selama Ahok memerintah di ibukota. Padahal Ahok adalah sosok inti dalam kekuasaan rezim Jokowi saat itu.
4) Dhani mempublikasikan pikiran2nya dalam bentuk tulisan singkat melalui media sosial yang berisi a.l: a) permusuhan dengan komunisme dan PKI, b) cinta ulama sebagai harga mati, c) permusuhan terhadap tenaga kerja asing (khususnya TKA China), d) mendegradasi rezim Jokowi dalam urusan kedaulatan atas sumberdaya alam, dlsb.