Salah satu sekutu terdekat Kaisar Tiberius, bernama Marco, seorang pengawal utama Kaisar melobi Caligula untuk menjadi orang yang memikul kepemimpinan kerajaan ketika Tiberius meninggal. Setelah dinobatkan sebagai kaisar, uniknya Marco , sang inisiator agar Caligula jadi Kaisar malah dieksekusi mati Caligula.
Caligula menjadi kaisar Romawi pada tahun 37 M, tepat sebelum ulang tahunnya yang ke-25.
Awalnya, ketika naiknya Caligula menjadi kaisar , merupakan harapan baru masyarakat romawi maupun seluruh dunia, ia seorang pemuda , dan ia memiliki panggilan kesayangan dari bangsa Romawi dengan julukan “Bintang”, “Anak kesayangan”, “Sayang” dan “Anak manis”
Dia memprakarsai beberapa reformasi politik yang membuatnya mendapatkan pujian awal. Dia mengizinkan warga yang pernah diasingkan dalam pemerintahan sebelumnya di luar negeri untuk kembali ke Roma.
Caligula melakukan perubahan di sistem pemerintahan, sistem administasi satu pintu , dan transparansi dengan mempublikasikan anggaran kekaisaran , semua hal ini tidak pernah dilakukan oleh Tiberius, Kaisar sebelumnya.
Caligula menghidupkan kembali sejarah karya Titus Labienus, Cremetius Cordus dan Cassius Severus, sejarah kebanggaan Romawi. Ia juga memperbaiki sistem pemilihan umum yang dirancang untuk mengembalikan hak suara bagi rakyat. Rakyat terlibat dalam pemilihan anggota Senat.
Disamping itu ia membangun beberapa infrastruktur Romawi, dan membangun gedung gedung pertunjukan kesenian , membangun teater di Syracuse , Gedung aneka pertandingan di Lugdunum , dan menyelesaikan proyek teater Pompey dan membangun amfiteater di Saepta dan membangun kembali reruntuhan tembok serta kuil Didymaen Apollo di Miletes.
Namun, menurut kisahnya, semua kebaikan itu berubah 180 derajat pada bulan Oktober di tahun pertama kekuasaannya setelah Caligula jatuh sakit dengan penyakit serius. Setelah ia pulih, Caligula berubah dari seorang pemuda yang manis budi , menjadi pemimpin berkarakter gila dan jahat.
Caligula menjadi sering mengancam masyarakat maupun politisi untuk mengikuti perintahnya dengan mengatakan, “Saya punya hak untuk melakukan apa saja dan kepada siapa pun.”
Bahkan , untuk memuaskan nafau bejatnya, Caligula sering melakukan hubungan seksual terbuka dengan istri-istri senator, sekutu, dan pemimpin militer terkemuka,