Ketujuh anggota PITUNG ini digembleng langsung oleh Kiai Haji Naipin selama bertahun-tahun di Pesantren Kebon Pala, Tenabang. Mereka tidak hanya digembleng dengan ilmu silat atau main pukul, namun juga mempelajari ilmu-ilmu strategi peperangan lainnya yang cukup lengkap seperti taktik perang gerilya, kontra intelijen, penyusupan, penyergapan, psy war, dan sebagainya.
Mereka juga dibekali dengan ilmu sejarah kebangsaan, ekonomi, pendidikan, dan tentu saja ilmu agama yang sangat dalam sebagai pondasinya. Kiai Haji Naipin sendiri adalah sosok guru yang lengkap. Beliau adalah pendekar ilmu silat tanpa tanding namun sekaligus ahli tarekat yang sangat tawadhu. Ilmunya adalah Ilmu Padi. Semakin berisi maka semakin rendah hati, jauh dari sikap sombong maupun petantang-petenteng layaknya jagoan. Demikian juga dengan sosok PITUNG.
Dan sebagaimana Baiat ala Rasulullah SAW, semua mujahidin yang pergi berperang selalu memiliki dua tujuan: Hidup Mulia atau Mati Syahid. Keduanya adalah Kemenangan Yang Besar di Sisi Allah SWT.
Demikian pula ketujuh anggota PITUNG. Mereka sama sekali tidak percaya dan tidak membawa jimat atau ilmu kanuragan yang macam-macam yang melanggar syariat agama tauhid. PITUNG maju berperang untuk menang atau mencari syahid. Sebab itu jika ada yang bilang PITUNG dibekali ilmu rawa rontek, pakai jimat agar bisa menghilang atau merayap di tembok seperti cicak, atau ilmu-ilmu lain sejenisnya itu jelas ahistoris.
Bagi pemburu syahid, kematian di Jalan Allah Swt adalah cita-cita tertinggi. Ngapain juga pake jimat yang bisa menjadi penghalang kematian yang indah itu? Kematian yang disambut oleh para bidadari dan mendapatkan Ainul Mardhiah, bidadari paling cantik dari semua bidadari Jannah? Dunia dan seisinya tidak ada apa-apanya dibandingkan sosok Ainul Mardhiah.