Akhirnya, saya berkesempatan melihat langsung Kitab Al-fatawi tersebut yang ditulis dengan sangat rapi, menggunakan huruf Arab-Melayu, lengkap dengan gambar dan peta Jayakarta, yang semuanya adalah hasil coretan tangan Ratubagus Ahmad Syar’i Mertakusumah, yang mana beliau adalah salah satu anggota Pitung yang menggantikan Ji’ih alias Ratubagus Muhammad Roji’ih Nitikusumah, setelah Ji;ih syahid ditembak Belanda di paruh akhir abad ke-19. Masih sangat sedikit orang yang bisa melihat langsung Kitab al-Fatawi. Bahkan beberapa sejarawan Betawi ngetop yang sering nongol di TV pun belum pernah melihat kitab ini.
Dari penuturan Bang Iwan-lah, dan juga referensi lainnya yang memperkuat, saya mendapatkan informasi jika PITUNG memang bukan nama orang, namun nama sebuah gerakan mujahidin Jayakarta di akhir abad ke-19 sampai awal abad ke-20 Masehi, yang dibaiat pada tahun 1880 di Pesantren Kebon Pala oleh Kiai Haji Naipin. Saat dibaiat usia ke-tujuh anggota PITUNG rata-rata 20-tahunan. Ketujuh anggota PITUNG adalah:
- Ratu Bagus/Radin Muhammad Ali Nitikusumah bin Radin Nurul Syamsirin Nitikusumah bin Radin Abdul Karim bin Pangeran Jidar Nitikusumah V bin Abdul Karim bin Pangeran Cakrajaya Nitikusumah IV. Radin Nurul Syamsirin adalah Penghulu/ Kepala Adat/Pemimpin Warga Pinangseraye. Pewaris Aria Jipang Jayakarta, dan beliau lahir di dusun Senayan (kini wilayah tersebut menjadi Gelora Senayan).
- Ratu Bagus Muhammad Roji’ih Nitikusuma/Ji’ih dari Cengkareng, terkenal sebagai ahli strategi dalam gerakan Pituan Pitulung.
- Ratu Bagus Abdul Qodir Nitikusumah asal dari Rawa Belong (kini Jakarta Barat), beliau leluhurnya kebanyakan para pendekar dan mujahid Jayakarta.
- Ki Saman anak Ciledug, terkenal sakti tapi sangat tawadhu.
- Ratu Bagus Rais Sonhaji Nitikusuma, asli anak Tenabang (Jakarta Pusat)
- Ki Somad/Abdul Shomad lahir di Kemanggisan (Jakarta Barat).
- Ki Dulo alias Abdulloh alias Jebul (Jaebullah) dari Kramat Togo-Rawa Belong, Pendekar silat andalan Pituan Pitulung.