Eramuslim.com – Menjelang Ramadhan 1438H kemarin, bada maghrib saya bertemu dengan sejarawan Jayakarta yang sangat langka dan menguasai nasab banyak leluhur Jayakarta bernama Iwan Mahmud al-Fattah Azmatkhan di pinggiran Jakarta. Yang mempertemukan saya dengan beliau adalah PITUNG dan Kitab al-Fatawi.
Beberapa waktu sebelumnya, saat duduk di bangku belakang angkot yang tengah melaju di jalan tol, seorang CEO ternama di negeri ini mengirim WA ke ponsel saya yang berisi sejarah Pitung yang sesungguhnya. “Pitung itu singkatan dari Pituan Pitulung, bukan nama orang, tapi nama gerakan Mujahidin Jayakarta yang terdiri dari tujuh pendekar Betawi,” demikian kira-kira bagian dari pesan WA-nya.
Terus terang, saat itu saya baru tahu. Dan yang membuat saya semakin tertarik adalah sumber referensi keterangan tersebut yang dikatakan berasal dari sebuah kitab milik Mujahidin Jayakarta asli yang ditulis secara generasi ke generasi, yang semuanya disalin kembali oleh cendekiawan Betawi bernama Ratubagus Ahmad Syar’i Mertakusumah. Kong Syar’i, demikian nama populernya di kalangan Pemangku Adat Jayakarta.
Kitab itu bernama Kitab Al-Fatawi, yang aslinya terdiri dari empat buah kitab yang salah satunya berisi catatan mengenai tarikh atau sejarah perjuangan Mujahidin Jayakarta, dari Al-Haj Fatahillah hingga gerakan Pitung, Entong Gendut dari Condet, Pemberontakan Ki Dalang, kiprah MH. Tamrin, dan lainnya.