2. Piagam Madinah dan Nabi Muhammad SAW
Ada beberapa hal yang membuat nabi Muhammad SAW berpikir untuk mengeluarkan piagam Madinah ini. Pertama, bahwa ketika beliau datang ke Madinah dan mengetahui Quraisy tidak akan pernah membiarkan siapa saja hidup dengan tenang serta akan menghancurkan apapun.
Maka dari itu, nabi Muhammad SAW berpikir untuk memperkuat pertahanan di Yatsrib (Madinah), sehingga siapapun yang beragama Islam merasa dirinya akan aman dan selamat di kota tersebut. Kesiapan yang dibuat beliau ini sudah didasarkan pada kenyataan.
Namun, nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya tidak dapat tenang. Apalagi ketika Quraisy mulai merusak dan berkomplot dengan orang Yahudi dan munafik untuk mengusir beliau. Maka dari itu, nabi membuat suatu rencana pertahanan, seperti menghadapi serangan luar ataupun dari dalam.
3. Pikiran Nabi Muhammad SAW Mengenai Piagam Madinah
Pikiran nabi Muhammad SAW yang kedua untuk mengeluarkan piagam Madinah ini adalah, sebagai pendatang. Para kaum muhajirin datang ke Madinah dengan meninggalkan harta benda di Makkah, itulah alasan mereka tidak memiliki pendapatan dan hidup miskin serta mengalami kelaparan.
Maka dari itu, nabi Muhammad SAW mendirikan fakta persaudaraan yang dijalin antara kaum Muhajirin dan juga Anshor. Dengan begitu, akan timbul tali persaudaraan antara mereka yang tentunya mengikat semua umat muslim supaya menjadi kesatuan dan tidak dapat dipisahkan.
وَالَّذِينَ تَبَوَّءُوا الدَّارَ وَالْإِيمَانَ مِن قَبْلِهِمْ يُحِبُّونَ مَنْ هَاجَرَ إِلَيْهِمْ وَلَا يَجِدُونَ فِي صُدُورِهِمْ حَاجَةً مِّمَّا أُوتُوا وَيُؤْثِرُونَ عَلَىٰ أَنفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ وَمَن يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ. وَالَّذِينَ جَاءُوا مِن بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ
Artinya :
“Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) ‘mencintai’ orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin), dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang beruntung. Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa: “Ya Tuhan kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Hasyr, 59: 9-10).