Selain di Mesir Kuno, ritual penyembahan Ular juga ditemukan di Pompeii Italia, Suku Aztec di Amerika tengah, di Yunani, dan juga Persia. Coba bayangkan, di zaman purba ketika bumi masih gelap gulita, listrik belum diketemukan, alat transportasi massal belum ada dan alat komunikasi yang bisa menghubungkan antar benua juga belum ada, manusia-manusia di berbagai belahan dunia yang letak geografisnya saling berjauhan bisa memiliki sistem kepercayaan yang sama terhadap Ular. Mereka menuhankan Ular, binatang yang sampai sekarang dianggap sebagai personifikasi Iblis atau Setan.
High Priestess Maxine Dietrich di dalam artikel berjudul “Teaching of Ancient Egypt: The Brotherhood of the Snake” (2002) menulis, “Setan membentuk kelompok persaudaraan ular bagi para manusia pengikutnya agar mereka bisa merasakan kondisi kejiwaan dan spiritual tingkat tertinggi”.
Oleh para ahli, Persaudaraan Ular atau Brotherhood of Snake ini diyakini berada di balik rezim-rezim thagut seperti Para Pendeta Amon yang berada di belakang Firaun, yang membunuhi para Nabi Allah Swt, yang menghasut King Harodes agar memburu Isa a.s., dan di dalam sejarah modern mereka pula yang diyakini menghasut Paus Urbanus II agar mengibarkan bendera Salib untuk merebut Yerusalem.
Selain penuhanan terhadap Ular, Iblis juga menciptakan sistem penuhanan terhadap Matahari. Sistem kepercayaan ini juga didapati di berbagai belahan dunia pada zaman purba. Antara lain di Irak, Persia, Yunani Kuno, Roma Pagan, Mesir Kuno, Amerika Selatan, Jepang, dan Syiria. (bersambung/Rizki Ridyasmara)