Dalam kisah ini jelas terlihat peran penting para penasehat Fir’aun. Para penasehat itu sering berkumpul di sisi Fir’aun dan disebut sebagai Dewan Penasehat. Mereka inilah yang berperan besar dalam menasihati Fir’aun, yang menghasutnya untuk terus melawan melawan Musa, dan merekomendasikan kepadanya metode-metode tertentu dalam menghadapi Nabi Musa a.s. Jika diamati dengan seksama, maka kita akan mendapati bahwa rezim Fir’aun itu ditopang oleh dua kekuatan besar yang solid berada di belakangnya yaitu para tentaranya dan para pendetanya.
Yang pertama, tentara, agaknya tidak perlu dibahas lebih panjang karena peranannya sudah amat jelas dan terang. Sedang yang kedua, peranannya sangat penting namun terkesan diabaikan dan tidak dianggap penting. Padahal, dasar pijakan ideologis Fir’aun dan ‘agamanya’ berasal dari golongan ini. Para pendeta Mesir Kuno merupakan golongan yang disebutkan di dalam Al Quran sebagai ahli-ahli sihir. Mereka merepresentasikan sekte yang mendukung rezim dan memiliki kekuatan khusus serta menguasai pengetahuan rahasia. Dengan otoritas ini mereka mempengaruhi rakyat Mesir, dan mengukuhkan posisi mereka di dalam pemerintahan Fir’aun.
Golongan ini oleh sejarah disebut sebagai “Para Pendeta Amon” dan memusatkan perhatiannya untuk mempraktikkan ilmu sihir dan memimpin sekte pagan mereka. Cabang ilmu yang dipelajari para Pendeta Amon ini meliputi beragam ilmu pengetahuan seperti astronomi, matematika, dan geometri, namun kesemuanya itu ditujukan untuk menggali ilmu-ilmu sihir mereka. Mereka sangat tertutup, mengadakan ritual-ritual sihir dengan sesama mereka, membanggakan diri dan kelompoknya bahwa merekalah yang terhebat dan memiliki pengetahuan khusus tentang sihir, dan menyebut kelompoknya sebagai ordo.
Seiring perjalanan waktu dan perkembangan pemikiran manusia, ilmu pengetahuan pun mengalami kemajuan. Bersamaan itu, jumlah rahasia pun meningkat di dalam pengetahuan pada sistem esoterik. Dalam perkembangannya, ritual-ritual yang bermula dari Mesir ini kemudian menyebar ke wilayah lain dan kemudian diketahui muncul di Cina dan Tibet, kemudian India, Mesopotamia, dan daerah lainnya. Mesir tetap menjadi basis kegiatan ritual esoterik hingga pada abad-abad modern.
Lantas bagaimana sesungguhnya hubungan antara filsafat esoterik para pendeta Mesir Kuno dan Biarawan Sion dan segala derivatnya? Untuk menemukan jawabannya, demikian Harun Yahya, kita harus mencermati berbagai kepercayaan para pendeta Mesir Kuno yang berhubungan dengan asal usul alam semesta dan kehidupan. (Bersambung/Rizki Ridyasmara)