Suatu hari Kaisar yang mabuk masuk ke kamar Selir Rong dan mencoba melampiaskan napsunya. Namun Selir Rong mengeluarkan belati yang dia sembunyikan. Dia melukai tangan Kaisar dan membatalkan niat pria itu.
Melukai Kaisar pada zamannya adalah pelanggaran yang sangat berat dan pelakunya pasti dihukum mati dengan cara sadis. Namun Qianlong memaafkan Selir Rong karena rasa cintanya.
Ibu Suri Kaisar yang mendengar cerita itu marah luar biasa. Dia khawatir suatu saat Selir Rong membunuh Kaisar. Maka ibunda Qianlong ini meminta agar Kaisar menghukum mati Selir Rong. “Atau jika tidak mau melayani Kaisar, pulangkan saja dia ke Xinjiang,” kata Ibu Suri.
Dalam Buku Dinasti Qing, Sejarah Para Kaisar Berkucir 1616-1850 yang ditulis Michael Wicaksono dan diterbitkan Elex Media Komputindo, digambarkan akhir tragis nasib Selir Rong.
Saat Kaisar sedang melakukan sembahyang tahunan, Ibu suri memanggil Selir Rong ke istananya. Dia memerintahkan seluruh puri ditutup rapat dan dijaga ketat. Bahkan jika ada, Kaisar pun tak diizinkan masuk.
Ibu Suri bertanya, apa sebenarnya keinginan Selir Rong?
Jawabannya hanya sepatah kata. “Mati,” kata Selir Rong sambil berlinang air mata.
Ibu Suri mengabulkan permintaan itu. Dia memberi selendang putih dan membawa Selir Rong ke ruangan kosong di sebelah selatan istana. Selir Rong berlutut dan mengucapkan terima kasih sebelum mengakhiri hidupnya dengan menggantung dirinya.
Seorang Kasim atau pelayan istana yang mengetahui kejadian itu segera berlari ke Kuil Langit tempat Kaisar Qianlong bersembahyang. Qianlong berlari menuju kediaman Ibu Suri namun terlambat. Selir Rong sudah meninggal.
Kaisar memerintahkan jenazah selir kesayangannya itu diurus dengan baik dan dimakamkan khusus di Paviliun Taoran, di sebelah selatan Peking.
Versi yang berkembang di Masyarakat Uighur sedikit berbeda. Sang Putri tak mati bunuh diri, tapi tewas karena diracun oleh Ibu Suri dan selir-selir Kaisar yang iri padanya. Akhir kisah Selir Wangi ini tak kalah tragis.(kl/merdeka)