Pada bab yang berjudul “Surat Duta RI di Kairo” dijelaskan bahwa pada tahun 1947, Konsul Jendral Mesir yang ada di Bombay (Mohammad Abdul Moneem/Mun’im) –mewakili Liga Arab—berhasil sampai ke Yogyakarta dengan menyelundup sebagai utusan untuk menyampaikan pengakuan atas Republik Indonesia yang disepakati dalam dewan Liga Arab 18 November 1946.
Pada tahun ini juga (1947) delegasi Indonesia yang diketuai Haji Agus Salim –bersama M. Abdul Moneem—pergi ke Mesir untuk mengadakan perhubungan dengan Liga Arab selama tiga bulan. Keyakinan Liga Arab untuk mengakui secara de jure kemerdekaan Indonesia, tidak bisa dilepas dari sosok Abdul Rachman Azzam Pasya (Sekjen Liga Arab) yang dengan sukses bisa meyakinkan Liga Arab agar mengakui dan mendukung kemerdekaan Indonesia.
Walau pada awalnya upaya untuk mengirim misi ke Indonesia gagal –karena dihalang-halangi oleh Inggris– tapi pada akhirnya Abdul Muneem Bey bisa diutus hingga sampai Yogyakarta. Dengan menyamar sebagai turis –dengan segala risiko yang bisa mengancam nyawanya kapan saja—beliau sampai ke Singapura. Dari sana –dibantu oleh Ktut Tantri– ia menyewa peswat Filipina kemudian menyelundup ke Yogyakarta dengan selamat. Sampai kemudian bersama utusan Indonesia pergi ke Mesir.
Untuk melakukan misi agung ini, Azzam Pasya mendapat tantangan dan kritikan hebat. Namun, beliau dengan gigih bisa mempertahankannya. Malah pada suatu waktu ketika ditemui oleh Duta RI untuk Mesir, R.H. Abdoel Kadir, tokoh asal Negeri Kinanah yang punya kontribusi besar ini sempat berkata, “Saya akan lebih merasa beruntung kalau saya dapat ditakdirkan Tuhan melihat Indonesia sebelum saya menutup mata yang penghabisan.”
Waktu itu, saat di Mesir, Haji Agus Salim dan kawan-kawan juga mendapat dukungan dari Ikhwanul Muslimin di Mesir. Beliau mendapat sambutan hangat dan kekeluargaan dari tokoh seperti Hasan Al-Bana, begitu juga tokoh lain seperti Dr. Shalahuddin Bey, Nahsy Pasha dan masih banyak lagi. Tak hanya itu, Mufti Palestina yang bernama Muhammad Amin Al-Husaini, jurnalis M. Ali Attahir (Palestina) juga memberi dukungan ke Republik Indonesia. Sebagai gambaran bahwa negeri Palestina yang saat ini terjajah, dulunya pernah berjasa besar dalam mengakui kemerdekaan Indonesia.
Tokoh Ikhwanul Muslimin Hasan al Banna bersama Syahrir |
Dari fakta-fakta yang disajikan penulis, maka bangsa Indonesia dalam momen kemerdekaan Indonesia seperti saat ini untuk mengingat kembali jasa-jasa negara Timur Tengah yang secara serius memberi dukungan kepada Indonesia di saat butuh pengakuan dunia. Selain itu, kepedulian kepada negara-negara yang terjajah seperti Palestina misalnya, perlu ditingkatkan kembali mengingat pada waktu itu Palestina juga memberikan dukungannya kepada Indonesia.
Lebih penting lagi, dan tak bisa dibantah, hanya Negara Arab pada kenyataannya yang waktu itu memberi dukungan pertama kali. Adapun negara-negara Eropa dan Amerika tidak menunjukkan respon yang baik.
Malah, Inggris terlihat berusaha menghalang-halangi upaya pengakuan kemerdekaan Indonesia, apalagi Belanda. Akhirnya, negara Indonesia yang pada waktu itu tidak dikenal dalam peta oleh bangsa-bangsa dunia, akhirnya bisa dikenal dan bisa merayakan hingga pada ulang tahunnya sekarang yang ke-75.***(glr)
Penulis: Mahmud Budi Setiawan