Direktur Eksekutif Reform Institut, Yudi Latif menilai kemandirian pesantren sebagai pusat pendidikan Islam berbasis kemandirian ekonomi, semakin goyah seiring lemahnya dukungan internal lingkungan pondok pesantren, yang menjadi harapan dalam pengembangan sistem pendidikan.
"Daya kemandirian pesantren sudah goyah, seiring lemahnya dukungan ekonomi dari kekuatan santri pedagang yang umumnya membantu kelangsungan hidup pondok pesantren, " kata Yudi Latif usai peluncuran buku pendidikan Islam di Asia Tenggara dan Asia selatan, di Gedung JMC Jakarta, Selasa(25/04).
Menurutnya, untuk mengatasi masalah internal, pondok pesantren saat ini memiliki kecenderungan merubah paradigma, dari sistem kurikulum pendidikan murni menjadi sentra produksi. Hal ini, sejalan dengan menurunnya aktualisasi para santri lulusan pesantren, di mana ruang gerak mereka terbatas untuk dijadikan rujukan satu isu.
Ia menegaskan, dalam rangka mengembalikan kualitas pola pembelajaran pesantren, sebaiknya pondok pesantren harus bisa menekankan pendidikan berbasis teknologi, dibandingkan pendidikan yang hanya berbasis hafalan, serta melibatkan para pengajar yang berkompeten dibidang agama juga harus mahir dibidang teknologi.
"Saat ini, kemunculan pendidikan pesantren berbasis teknologi, perlahan sudah mulai dilakukan oleh para pengasuh pondok pesantren. Namun, jumlahnya belum banyak, ‘ jelasnya.
Lebih lanjut ia menambahkan, perubahan cara pandang pesantren tanpa menghapus semangat keIslaman, akan berdampak positif untuk kemajuan pendidikan Islam di masa mendatang. (Novel/Travel)