Forum Ekonomi Dunia Islam ke lima atau World Islamic Economic Forum (WIEF) yang diselenggarakan selama tiga hari di Jakarta seharusnya dapat menghasilkan bentuk kerjasama yang lebih nyata untuk membangun perekonomian di negara-negara Islam.
"Ya tentunya harus dibuat menjadi lebih riil kerjasama itu, harus lebih dan kerjasama itu harus dalam bentuk yang lebih detail. Kan selama ini kita lihat Timur Tengah itu lebih berkiblat ke Amerika dan Eropa dalam investasi-investasinya. Dengan krisis kemarin mereka mengalami pukulan yang telak," kata Direktur Utama Bank Muamalat A Riawan Amin disela-sela pertemuan WIEF, di Hotel The Ritz Carlton, Jakarta.
Dengan kondisi nyata yang terjadi saat ini, menurutnya, diharapkan dapat menarik para investor Timur Tengah untuk mengembangan investasinya di kawasan Asia Tenggara, terutama sektor perbankan syariah di Indonesia.
Namun, permasalahnya apakah luar negeri mau masuk ke Islamic Banking di Indonesia atau tidak itu masalah nomor dua. Karena yang terpenting, lanjut Riawan, Indonesia harus dapat berdiri sendiri tanpa menggantungkan kepada siapapun, tanpa menggantungkan apapun selain kepada sebuah sistem yang baik.
Hambatan birokrasi sering disebut-sebut mematahkan semangat investor untuk berinvestasi di Indonesia, diakui Riawan, masih ada meskipun sedikit demi sedikit diperbaiki. "Jadi sekarang yang sedang kita tunggu adalah amandemen UU Pajak yang akan menghilangkan gangguan-gangguan yang berkaitan dengan pajak ganda murabahah," ujarnya.
Jika amandemen ini benar-benar dilakukan, tambahnya, akan berdampak besar terhadap sistem perbankan syariah di Indonesia, karena bank-bank negara Islam yang sudah mempunyai perwakilan bisa dengan mudah melanjutkan kerjasamanya.(novel)