Waswas Nasib Kereta Cepat JKT-BDG Sepi Bak Bandara Kertajati

Sementara itu, Pengamat Transportasi, Djoko Setijowarno menambahkan, Kereta Cepat Jakarta-Bandung dinilai tak akan senasib dengan Bandara Kertajati.

Menurutnya, Bandara Kertajati sepi karena tidak ada akses transportasi, berbeda dengan Kereta Cepat Jakarta-Bandung yang memiliki titik akses dekat Bandara Halim dan Padalarang, Bandung Barat.

“Bandara Kertajati itu masalah aksesnya buruk, makanya siapa yang mau naik orang aksesnya nggak ada kok. Saya kira sudah dipersiapkan, artinya gini kalau ke Halim ada jalur kereta sendiri, nggak pake jalur KRL, sampai Bandung nggak usah nunggu-nunggu lagi. Saya kira bisa bersaing lah,” kata Djoko.

Mengenai tarif, Djoko menilai dengan tarif misalkan Rp 300 ribu bisa saja masyarakat menerima. Akan tetapi, tentu harus bersiap dengan transportasi lain apalagi jika mengingat lokasi kereta cepat tidak berada di pusat kota.

“Saya nggak tahu dulu tarifnya ekspres Rp 200 ribu tapi sekarang Rp 200 juga laris kereta yang biasa. Tapi kan kedudukannya pusat kota dia (kereta api reguler). Nah sementara Jakarta-Bandung ini kan orang masih punya pilihan lain, naik kereta biasa Rp 200 ribu, apalagi itu di tengah-tengah kota. Ini Rp 300 ribu mesti ada lah yang menggunakan cuman yang pakai wilayah timur,” pungkasnya.

Kedua pakar transportasi ini mengatakan bahwa proyek Jakarta-Bandung tak disetujui sejak awal.

Terdapat banyak alasan yang mendasari pandangan tersebut dari mulai perizinan amdal yang terlalu cepat, tingkat urgensi transportasi di mana saat ini ada banyak pilihan moda transportasi dari Jakarta-Bandung, hingga titik stasiun yang tidak menjangkau pusat kota. [Detik]