Eramuslim.com -Banyak pihak yang membela keberadaan ribuan Tenaga Kerja kasar asal China dengan alasan era pasar bebas, alasan wajar karena era pasar bebas mengharuskan kesiapan negeri ini menghadapi persaingan global serta persaingan kedatangan tenaga kerja asing.
Benarkah demikian?
Seandainya tenaga kerja asing yang datang murni karena skill (kemampuan) yang dimiliki, dan jumlahnya masih terbatas, dan dinegeri ini masih sulit ditemukan; mungkin keberadaan Tenaga Kerja Asing adalah hal yang wajar.
Namun, terkait keberadaan Tenaga Kerja asing asal China memang harus disoroti, bukan hanya karena jumlahnya yang hitungannya sudah ribuan orang, tetapi juga soal skill (kemampuan) yang dimiliki, karena TKA asal China yang datang banyak mengisi pekerjaan kasar, yang cenderung tidak membutuhkan skill yang banyak.
Beda dengan penjelasan yang diberikan oleh pemerintah; yang mengatakan bahwa kedatangan tenaga kerja asal asing karena era pasar bebas, dan kebutuhan akan skill (kemampuan) yang diklasifikasikan sebagai persaingan sumber daya manusia di tiap negara.
Mungkin kita harus sadar, seperti pendapat pengamat intelejen Sofjan Lubis yang mengatakan “bedanya, TKA asal China dengan TKA negara lain adalah agenda terselubung dan kemampuan Intelejen yang dimiliki”.
Tenaga Kerja Asing dari negara lain hadir karena kebutuhan skill (kemampuan), namun hal ini berbeda dengan keberadaan TKA asal China karena memiliki agenda terselubung dan memiliki kemampuan intelejen didalam pemetaan.
Ingatkah Publik, dengan pelatihan oleh MSS (badan intelejen China) kepada para nelayan China yang melaut ke laut China selatan, selain identitas diri sebagai nelayan, ternyata mereka dibekali kemampuan intelejen untuk melaporkan peta kondisi di laut China Selatan.
Lalu bagaimana dengan para Tenaga Kerja Asal China yang datang ke Indoensia, apakah mereka juga sama dengan para nelayan yang dibekali kemampuan intelejen.
Para nelayan asal china dibekali pelatihan militer dan intelejen, seperti pemahaman untuk transportasi, pengintaian, membersihkan ranjau, tenaga medik, dan spesialis perbaikan perangkat.
Perawakan mereka pun mirip dengan seorang tentara militer yaitu tegap dan atletis.
Dan anehnya, itu sama dengan Tenaga Kerja asal China yang datang ke Indonesia, tanpa adanya tenaga kerja wanita dan yang datang adalah pekerja kasar dengan perawakan mirip tentara militer.
Sofjan Lubis yakinkan, bahwa mereka adalah bagian dari militer China, dengan dibekali kemampuan pengintaian, pemetaan, dan intelejen sama seperti nelayan China yang ternyata bagian dari milisi bersenjata di bawah payung Milisi Maritim Angkatan Perang RRC, People’s Liberation Army (PLA).
Apakah rakyat Indonesia masih diam? dan membiarkan kedatangan Tenaga Kerja Asal China terus datang dengan agenda terselubungnya. [ts/lingkaran]