Eramuslim.com – Seperti diketahui, pemerintah tengah berjuang keras memperbanyak vaksinasi warganya agar tercipta apa yang disebut herd immunity alias ‘kekebalan massal’, walau yang dipakai pemerintah Indonesia kebanyakan vaksin made in China yang rendah tingkat efikasi atau tingkat kemanjurannya dan sudah ditinggalkan di banyak negara. Bahkan China sendiri sekarang sudah beralih dengan mengimpor jutaan vaksin produksi AS. Sebab itu, Profesor Siti Fadilllah Supari dan pakar kesehatan independen lainnya menyatakan jika divaksin atau tidak divaksin ya sama saja, bisa fifty-fifty ketularan virus corona.
Dalam banyak kesempatan, Eramuslim menanyakan kepada warga dari berbagai kalangan alasan mengapa mereka enggan untuk divaksin. Jawabannya nyaris sama. Mereka sebenarnya mau saja divaksin asal bukan dengan vaksin China yang rendah kualitasnya itu dan malah banyak makan korban.
“Vaksin itu program pemerintah kan, harusnya akibat dari vaksin terhadap seseorang itu menjadi tanggungjawab pemerintah. Setelah divaksin, kalau seseorang itu tidak apa-apa, ya Alhamdulillah. Tapi kalau setelah divaksin ternyata seseorang itu malah jatuh sakit, atau bahkan sampai meninggal dunia, pemerintah harusnya bertanggungjawab dong. Jika setelah divaksin seseorang itu jatuh sakit, maka pemerintah harus merawat orang tersebut sampai sembuh, atau menyiapkan rumah sakit yang merawat korban itu sampai sehat kembali, secara GRATIS…,” ujar seorang warga di Grogol, Jakarta.