Eramuslim.com – Jelang Pilkada DKI Jakarta 2017, warga mulai mencari sosok gubernur baru yang berbeda dengan gubernur DKI saat ini, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Mereka tidak mau dipimpin Ahok lagi karena mantan Bupati Belitung Timur itu dikenal sebagai gubernur tukang gusur.
Apalagi, tidak sedikit warga yang saat ini masih tinggal di titik-titik kawasan terlarang, baik dikawasan lahan terbuka hijau maupun di atas lahan PT KAI.
Warga ingin dipimpin oleh gubernur baru yang bisa mengayomi dengan hati serta tidak arogan. Intinya, mereka kapok dan sudah sepakat tidak akan memilih pemimpin yang suka menggusur.
“Saya dan warga di sini pastinya tidak akan memilih Ahok. Kalau Ahok terpilih lagi, kami kawatir akan kena giliran digusur. Pokoknya harus orang Jakarta deh, jangan lagi dari luar (daerah),” kata Marni (34), warga yang kini tinggl di Asrama PJKA di Gang Bakti RT 11 RW 06, Kelurahan Manggarai, Tebet, Jakarta Selatan, Kamis (7/4/2016).
Kepada TeropongSenayan, Marni mengaku tinggal di Asrama PJKA sudah puluhan tahun. Meski begitu, dia tak mengelak bahwa lahan yang ditempatinya itu adalah lahan ilegal.
Kendati demikian, dia dan ratusan kepala keluarga (KK) lainnya tetap rutin membayar uang sewa lahan yang besarannya sesuai luas lahan yang mereka tempati.
Di tempat terpisah, sebagian warga yang berdomisili sekitar Pasar Gembrong, Jatinegara, Jakarta Timur, juga dipastikan telah mencoret nama Ahok dari daftar calon gubernur yang akan mereka coblos.
“Ogah banget nyoblos Ahok. Dia tuh gubernur tukang gusur rakyat kecil, pengembang dibiarin bangun mall-mall,” tegas Udin (52).
Apalagi, kata Udin, beberapa waktu lalu usai terjadi musibah kebakaran di wilayahnya, Ahok mengeluarkan pernyataan yang intinya akan menggusur kawasan Pasar Gembrong.
“Ahok kalau mau jadi pengusaha usaha aja deh, kagak usa lagi jadi gubernur. Gubernur kok kerjanya nyingkirin rakyat kecil,” cetus dia.
Selama Ahok berkuasa, belasan lokasi di Ibu Kota sudah dihancurkan, seperti Kampung Pulo, Pinangsia, Kalijodo dan sebentar lagi kawasan di Masjid Luar Batang.
Dengan penggusuran tersebut Ahok diduga sengaja menggelar karpet merah bagi para pemilik modal dan pengembang untuk kepentingan tertentu.(ts/ts)